Blogger Widgets
Assalamualaikum, Welcome To My blog's!!
"

Selasa, 17 Februari 2015

Black Rose’s chapter 5

|| Tittle : Black Rose’s chapter 5 ||
|| Author : Park Nayya ||
|| Cast : Kim Jong in EXO| Park Ji hyun (oc/you)| Tao EXO||
|| Genre : Sad, Schoollife, Agust, Kekerasan, Yadong ||
|| Rating : NC21 ||
                                                            || Lenght : Chapter ||

Selamat membaca ne headers.... di chapter ini, autor tidak terlalu sepenuhnya puas,,, semoga chapter 6 bisa lebih bagus lagi ne,, amiin


.
WARNING : NC21++, Yadong akut dan kekerasan.
STOP!!! Jangan dilanjut jika gak mau baca.
NO BASH, BASH TINDAS! Karna autor sudah memberi peringatan exstra.
*nah_Lho_galaknya_keluar_pan??!
.
Bagi autor ini adalah bagian dari seni, jika ada headers yang menganggap ini tabu, tidak pantas dan menjijikan! Maka jangan dilanjutkan.........
NO Plagiat, NO Copy, NO, NO, NO!!!
Sory For typo, gag typo gag gaul ^.^
.
.
Happy Reading***

=Autor POV==
Melihat embun pagi memeluk dedaunan, sungguh sangat indah, menumbuhkan semangat park ji hyun untuk menjalani rutinitas sepanjang hari. Sudah terlalu lama ji hyun tinggal bersama jong in, namun selama itu juga dia tidak diperbolehkan masuk sekolah, ingin sekali ji hyun menggunakan seragam sekolah, dan bisa msuk seperti biasa, walau kenyataannya, belum sekalipun dia pernah belajar di sekolah itu.
.
Sengaja pagi ini ji hyun bergumul dengan dapur, menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan juga  jong in, berada di rumah ini, memang sangat nyaman dan menyenangkan, tapi hati ji hyun tak bisa di bohongi, jika sesungguhnya dia  merindukan tao, sangat merindukannya, ji hyun melihat kesepian dari ke dua mata tao, mata yang merindukan kasih sayang seseorang. Terlepas dari perlakuannya yang kejam terhadap ji hyun, ji hyun sangat menyeyanginya.
.
“Wae? Kenapa melamun?” suara jong in menggetkan ji hyun yang terlihat bengong di didapn wastafel,  mereka saling membelakangi, jong in sibuk mengambil air di dalam kulkas, sedangkan ji hyun mecuci buah yang ada di tangannya.
.
 “ah~ eh ani,” ,
“jong in, aku bosan di rumah, apakah boleh aku ikut sekolah?” kata ji hyun tanpa menoleh kearah jong in.
“tapi tanganmu belum sembuh ji hyun, jangan memaksa...”
“aku sudah tidak merasakan sakit sama sekali jong in”
Ji hyun berbalik mengambil lab yang bergantung di samping kulkas, tanpa di sangka, jong in juga melakukan hal yang sama.
.
Bruuk...
.
“akh..”
.
Deg!!!
.
Gugup! Terlihat dari kedua mata mereka, tidak ada 1 sentipun jarak antara ji hyun dan juga jong in, mata mereka saling bertemu, seakan tak ada celah untuk udara masuk antara mereka, bahkan angin yang berhembus kini mereka rasakan berhenti seketika, seperti terhipnotis, wajah mereka semakin lama semakin mendekat, bahkan bibir mereka, kini saling bertemu dan berpangutan, jong in melumat dengan lembut bibir merah ji hyun, sedangkan ji hyun memejamkan matanya, menikmati apa yang dilakukan jong in.
.
“ini tidak boleh terjadi” bisik dalam hati ji hyun, namun logikanya kalah oleh perasaan yang menikmati keadaan ini. Ji hyun mendorong tubuh jong in sekuat tenaga, tanpa berani menatap ke arah jong in.
.
“sarapannya sudah siap,,,” kata ji hyun , sambil berlalu begitu saja.
“Aiiissh, ada apa denganku” gumam jong in, detak jantung yang tak beraturan, bahkan keringat dingin keluar di setiap pori-pori yang ada di kulitnya. Jong in melangkah, ikut menikmati sarapan bersama dengan ji hyun. Ada kecanggungan diantara mereka berdua, hanya terdiam dan pura-pura menikmati sarapan pagi ini, bahkah wajah ji hyun kini seperti tomat yang merah merekah.
.
“Wae? Ada apa denganmu? Kenapa gelisah” jong in menatap ji hyun dengan begitu lekat, jika di lihat dengan seksama, justru jong in yang lebih gelisah dari pada ji hyun, lihat saja, semua lauk dan sayuran berada pada mangkuk nasi milikinya, bahkan mangkok nasi itu kini terlihat seperti anak gunung yang tinggi menjulang.
.
.
==Kim jong in POV==
Tak biasanya setelah mencium seorang yeoja hatiku berdebar-debar seperti ini, aneh! Dan sekarng aku sangat gugup di hadapannya. Aku berusaha menetralkan perasaanku, agar tak terlihat olehnya
..
“ak-aku sudah selesai, aku duluan” ji hyun langsung meninggalkan meja makan
“hufh,,,, akhirnya” aku metarik nafas dalam, segera kuraih air minum yang ada di sampingku. Ini pertama kalinya dalam hidupku merasakan perasaan seperti ini. Perasaan takut setelah mencium yeoja.
.
.
-------------------********--------------------
“kamu mau kemana” aku bertanya pada ji hyun yang kini berdiri di luar rumah menggunakan seragam sekolah. Aku baru menyadarinya jika ji hyun adalah wanita yang sangat manis.
.
“Aku ikut sekolah, tadi aku sudah meminta ijin padamu jong in”
“ani, kata dokter tangan kamu belum sembuh sempurna dan kamu belum boleh sekolah”
“terakir periksa, aku sudah boleh beraktifitas seperti biasa, sudahlah, kajja..”

Dasar ajjusi, sama sekali tak mau bekerja sama denganku, awas saja nanti” kesalku dalam hati pada dokter keluargaku.
.
.
Didalam perjalanan kami hanya terdiam, canggung jadi seakan jadi tembok antara aku dan ji hyun.
“hmm... ji hyun,eh,,,  anggap ciuman tadi tak pernah terjadi, aku sering melakukannya dengan yeoja lain, jadi tidak ada sesuatu yang istimewa, jadi jangan terlalu di fikirkan, arachi?”
Aaaiiiissssh ada apa dengan bibirku, tiba-tiba mengatakan hal yang membuat hatiku merasakan nyeri.
.
Aku melirik sekilas kearah ji hyun dia hanya diam tanpa exspresi sedikitpun. Apakah aku salah bicara, mengapa aku takut jika dia akan marah? Aku sudah berjanji tidak menyentuhnya, tapi yang aku lakukan tadi pagi? Pabo~~ .
.
.
---------*******-----------
Hari ini hujan turun rintik-rintik, semua siswa fokus pada seonsaengnim yang menerangkan di depan, biasanya aku sudah keluar kelas, tapi tidak untuk hari ini, walau di dalam kelaspun tidak tertarik mendengarkan pelajaran sejarah korea yang bagiku sangat membosankan, ada alasan mengapa saat ini aku betah lama-lama disni, alasan yang sebenarnya aku sendiri tak mengatahuinya mengapa bisa seperti itu.

mataku yang terus saja tertuju ke arah ji hyun, yeoja yang bahkan setiap hari bertemu denganku. Apa mungkin karna kejadian pagi tadi? Ah mana mungkin,,, bukankah tidak hanya sekali aku menciumnya, bahkan, aku dulu melakukannya lebih dari pada yang aku lakukan pagi tadi.
.
.

Teeeeeeet tttttttteeeeeeeeeeeet
Bel istirahat kini telah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, tapi tidak untuk  ji hyun, dia masih duduk terdiam di bangkunya.
“Wae? Apakah kamu tidak keluar?” tanyaku, sambil berjalan kearahnya.
“ani~ aku takut ketemu tao oppa”
“ada aku, kenapa kamu harus takut ji hyun?”
“aku takut, karena aku terlalu merindukan oppa”
“Kyaa,, apa maksutmu?”
“aku terlalu merindukannya, takut jika aku bertemu dengannya, aku bisa memeluknya dan dia akan marah kepadaku”
“Apa kamu gila?? Apa kamu akan melakukan hal yang begitu menjijikan seperti itu, dasar yeoja murahan”
“apa maksut perkataanmu? Dia oppaku, wajar aku memeluknya, siapa kamu melarangku?”
Ji hyun tiba-tiba berdiri dan berlari keluar dari kelas,,,
“ah sial” gerutuku kesal
.
.
.
--------------****----------------
==Park Ji hyun POV==
Aku terus berjalan meninggalkan kelas, meninggalkan jong in yang masih mematung berdiri di dalam kelas, “Yeoja murahan” kalimat itu terus saja menari di dalam otakku, bagaimana mungkin dia bisa berkata seperti itu.
.
“ah ~~ dasar bajingan gila”
Dadaku serasa di himpit tembok yang begitu kokoh, kesal pada jong in, mulutku tak henti-hentinya merancu karna menahan emosi kepadanya.
.
.
“oppa~ “ kataku lirih ketika melihat tao oppa berjalan melintasiku, namun ia sama sekali tak melihat ke arahku
Aku berjalan mengikutinya dari belakang, berharap ia tak mengetahui keberadaanku

“mau kemana dia?” tanyaku dalam hati.
Dengan mengendap-ngendap seperti seorang maling, aku terus saja memperhatikan dimana ia akan pergi, akhirnya di berhenti pada bagunan tertinggi sekolah ini, dibalkon sekolah tempat yang jarang sekali di datangi oleh siswa, karna mereka malas jika harus berjalan memutar-mutar untuk sampai ke tempat ini, tapi ada apa tao datang ke sini?

“keluar dari tempat persembunyianmu ji hyun?” kata tao setengah membentak, masih dengan beribu pertanyaan di otakku, kini aku di kagetkan dengan teriakan tao, bagaimana mungkin dia tau keberadaanku, bukankah aku sudah sembunyi-sembunyi saat mengikutinya?

“mi-mianhe oppa, ak-aku,,,”
“Wae? Kenapa kamu mengikutiku, aku terlalu muak melihat wajah sok polosmu”
“Oppa~~”
“Kha,,, enyah dari hadapanku,”
“tapi oppa, aku merindukanmu”
Aku menunduk, airmataku kini menetes tanpa bisa lagi aku menahannya. Tao berjalan mendekatiku,

“kamu hanya sampah yang di bawa pelacur itu ke rumahku, ara?”
“oppa~~”
“apa pelacur itu tak pernah mengajarimu, sopan santun hah?”
Tao tersenyum seduktif kearahku.
.
Plaaak,,,,
Tanganku menampar pipi tao dengan begitu keras.
“jaga perkataan oppa, jangan sekali-kali menyebut eomma sebagai seorang pelacur, aku sudah sangat tidak tahan mendengarnya oppa” emosiku tidak bisa terkendali, saat tao terus menerus menyebut eomma sebagai pelacur, telingaku seperti di cocok, besi yang begitu panas.

“aaaaaaggggggghhhhgghh,,, oppa~~ hentikan~~aaaggthhhgg,,, aku bis---sa,, aahgg mat-ti,, aagggghhg lepas oppa”
Tangan kekar tao kini mencekik kuat leherku, mungkin jika ini di teruskan, aku benar-benar bisa mati di tangannya,,, dadaku sesak untuk bernafas, tenggorokanku terasa sangat nyeri....

“jebb-bal op-pa,,aaaggghhh..”
Tao hanya menatapku penuh emosi, matanya merah menahan kemarahan yang kini menyelimuti dirinya, aku di dorong dengan begitu cepat, sampai tubuhku bersandar pada tembok pembatas gedung ini

“oppa hen—tik-kan,, aku bisa ter-jatuh”
Ini adalah lantai 12, jika aku terjatuh dari tempat ini, hanya hitungan detik, tinggal namaku yang akan di kenang pada sekolah ini.

“kamu mengatakan, eommamu bukan pelacur,hah? Benarkah? Orang yang merebut suami orang dan membuat wanita lain hidup menderita dan sengsara, apakah itu bukan pelacur? Sekarng ia tinggal yang begitu mewah, sedang kan karena dia wanita lain hidup di sebuah gubuk reot,,, apakah itu bukan pelacur?”

“Aapp---pa maksut op-pa?” tao terus saja mendorong tubuhku, jika ia melepaskan tangannya sebentar saja aku sudah terjun bebas dari tempat ini.

“apa kamu ingin tau apa yang aku katakan? Kajja!”
Secepat kilat ia melepas cengkeramannya, dan menarik tanganku mengikutinya, ah wajahku terasa seperti kesemutan,,, aku masih terbatuk-batuk dan nafasku terengal-engal.

“oppa kita mau kemana”
Ia hanya diam seribu bahasa dan tanpa menatap kearahku.
Kami keluar dari area sekolah, oppa melajukan mobilnya dengan begitu cepat, aku tidak tau oppa mau membawaku kemana, yang pasti aku tau oppa tidak akan pernah membunuhku, ke kejam-kejamnya dia, mungkin hanya akan memukul dan menendangku.
.
Cuaca diperjalanan begitu sejuk, karna kami melewati pantai yang begitu indah, banyak pohon kelapa dan juga pasir putih yang terlihat begitu bersih, andai saja wajah oppa tak semarah itu, aku ingin berjalan-jalan ke tempat itu,,
.
Dua jam sudah kami habiskan di atas kendaraan, dan sepatah katapun tidak keluar dari mulut oppa, apalagi senyumnya, sulit sekali untukku bisa melihatnya. Mobil berhenti tepat di depan pemukiman penduduk, oppa keluar dan , membuka pintu untukku, ia menarik tanganku dengan sangat kasar.

“Palli,,”
“oppa kita mau kemana” tanyaku penuh selidik
“diam dan ikuti saja aku”
.
.
Jalan kami berhenti di depan sebuah gubuk kecil yang terbuat dari bambu, lebih kecil dari rumahku yang berada di busan, aku masih bingung, mengapa tao membawaku ketempat ini.

“kamu melihat gubuk itu?”
“hah?oh-ya”
“disanalah wanita yang di tinggalkan appaku demi pelacur itu, ia adalah eommaku”
Sontak aku melihat ke arah tao,  matanya kini nanar menahan airmata yang hampir melesat jatuh pada pipinya. Kami semakin berjalan mendekati rumah itu, aku berjalan di belakang tao, terdengar sayup-sayup seseorang sedang ngobrol di dalam rumah, mungkin karna terbuat dari bambu, hingga suara seseorang yang mengobrol terdengar jelas pada telinga kami. Suara itu dari dua orang yang berbeda jenis kelamin, karna suara itu khas suara seorang namja dan yeoja.
.
Tao menghentikan langkah kakinya, akupun mengikutinya, yang hanya berhenti dan mematung di tempat ini. Tao seakan mendengarkan percakapan mereka dengan cukup serius.
.
Tak sengajapun aku ikut mendengar apa yang mereka bicarakan, namun aku tak tau pastinya apa yang mereka maksut.

“Sayang,, bertahanlah sebentar lagi” kata seorang yeoja dari dalam rumah bambu ini.
“tapi ini sudah terlalu lama, jun hae...”
“anakku begitu percaya kalau aku begitu menderita, appanya sekarang lagi berada di italia, jika aku meminta uang tao 300jt pasti akan langsung dia berikan, dan kita bertahan sebentar lagi saat orang tua gilla itu menyerahkan semua hartanya pada tao, kita akan bs menikmati semuanya,, hahahaha karna tao begitu mencintai eommanya, untuk itulah aku tinggal di gubuk ini”
‘Tapi sampai kapan chagiya?”
“bertahanlah sebentar lagi..”
“jika tidak ada wanita kampung itu, pasti dia sudah aku bunuh, wanita itu menyelamatkannya, dan justru sekarang mereka menikah, sial”
.
DEG!!!
“Jadi selama ini, tao oppa? “
Aku melihat ke arah tao, terlihat jelas dari raut wajahnya kini ia begitu terluka. Amat sangat terluka.

Braaak...
Tao menendang pintu yang terbuat dari bambu itu dengan cukup keras....
“tao?”
.
Mereka berdua tersentak kaget melihat tao berdiri, dengan wajah menahan amarah
“tao sayang~~ kapan kamu datang nak”
“bertenti perpura-pura eomma, jadi selama eomma membohongiku? aku begitu membenci appa, karna aku kira appa yang telah menelantarkanmu, tapi,,, aaaaaghhhhhrg aku begitu bodoh terlalu mempercayai dramamu dengan bajingan ini....
Tanpa ba bi bu...
.
Oppa memukuli ajjusi yang berada di dalam ruangan ini.
“TAO HENTIKAAAAN” teriak ajjuma itu dengan begitu keras, aku hanya mematung melihat apa yang ada di depanku saat ini.
.
“Iya aku membohongimu, untuk apa aku hidup di gubuk ini? Agar kamu bisa percaya kepadaku, kamu anak yang tidak pernah aku harapkan, kamu hanya sumber uang buatku dan tidak lebih dari itu, ARA? Lepaskan tanganmu dari tubuhnya”
Airmata yang dari tadi berusaha tao tangan kini jatuh membasahi kedua pipinya.
.
“eomma,,, ah,,, bahkan kamu tak pantas aku panggil dengan sebutan itu jung hae, jangan harap kamu medapatkan sepeserpun harta dari appaku, enyahlah dari kehidupanku”
Tao berlari sekencang-kencangnya, aku mengikutinya dari belakang...

Ia kini terduduk di bibir pantai sambil menangis dan berteriak sekuat yang ia bisa, bahkan air laut kini sudah membasahi hampir seluruh tubuhnya,  sama sekali tidak dia perdulikan, aku hanya berdiri dari kejauhan melihat tao, tidak berani mendekat, aku takut dengan keberadaanku ia akan semakin terluka, aku baru mengerti mengapa selama ini dia terlalu membenci aku dan eommaku, ternyata ada kesakitan yang dia rasakan tersendiri.
.
.
Hidup memeang tak selalu seperti apa yang kita lihat dengan kasat mata, banyak kejadian yang berada dibalik semuanya, seperti apa yang tao rasakan saat ini, di fikirannya, appa terlalu jahat dan mengabaikan eommanya, namun pada kenyataannya, eommanya yang justru sangat menyakiti appa.
.
“oppa~~ “ aku beranikan diri mendekatinya, duduk tepat di sampingnya, iya msih larut dalam isak tangisnya, memandang laut yang begitu lepas.
.
“kamu sudah mendengar semuanya, kenapa kamu masih berada disini,“
Katanya sinis kepadaku,
.
“aku menunggu oppaku, untuk pergi bersama”
“aku sudah buta akan kebaikan eommamu, mana mungkin kamu masih menganggapku sebagai oppamu”
“Jika aku ada di posisi oppa, mungkin aku akan melakukan hal yang sama seperti apa yang oppa lakukan kepadaku, mungkin akan jauh lebih kejam, karna aku tak akan bisa melihat eommaku menderita”

Kini oppa menatapku, bulir airmata kembali jatuh pada pipinya, ku beranikan meraih tubuh oppa dan juga menggelamkannya pada pundakku. Aku tau jika tao bukan orang yang begitu jahat, walau dia banyak menyakitiku, namun aku benar-benar tau akan hal itu. appa pernah bercerita, dulunya oppa adalah anak yang sangat ceria, namun setelah yeojacingunya meninggal dia berubah total, jadi anak yang pendiam dan tak pernah tersenyum sedikitpun.
.
.
“oppa sudahlah, yang terpenting oppa sudah tau kebenaranya, oppa jangan menangis lagi ne, liatlah lingkar mata oppa sudah menghitam persis seperti mata panda,,, hehe”
Tao hanya menatapku, terlihat senyum di sudut bibirnya.
.
“oppa gumawo”
“untuk?”
“senyumnya”
Ia kembali tersenyum ke arahku, “ji hyun, gumawo”
“untuk”
“kamu bertahan hidup disamping oppa, walau oppa keterlaluan terhadapmu, kamu mengingatkan oppa dengan yeojacingu oppa, yang terlalu baik, namun akhirnya dia mengakhiri hidup karna oppa” terlihat oppa menghela nafas yang begitu dalam, ingin sekali aku bertanya lebih lanjut mengenai kim hey in, namun sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat, takut tao semakin terluka.
.
.
.
-----------******------------
Cuaca dengan cukup indah, bintang bertaburan, sepoi angin yang berhembus menyejukan kulitku, mobil tao berhenti tepat di depan gedung pencakar langit yang ada di tengah kota seoul, lebih tepatnya tepat di depan apartement kim jong in. Sengaja aku masih pulang ke rumah jong in, walau terakhir kali aku bertemu, dia membuatku cukup kesal dengan menyebutku “yeoja murahan”.
.
Aku naik ke dalam litf kenuju lantai 59, aku melirik jam tangan, sudah menunjukan pukul 20.41 KST. Aku mencoba meraih phonselku di dalam tas.
.
“Hah? Gag sekalipun jong in menghubungiku, apa aku terlalu berharap banyak dia mengkhawatirkanku?” aku menghela nafas dalam. Aku ingin mncerikatan sisi lain dari tao, mungkin keras kepalanya dia membenci tao, akan sedikit berkurang.
.
Aku memasuki apartement, cukup mudah bagiku, karna pasword apartement ini aku juga memegangnya. Beberapa sepatu berserakan di depan pintu, aku tau jika jong in dan teman-temannya sedang berpesta (lagi) di rumah ini.
.
“anyyeong..”
“ji hyun, kamu baru pulang..” kata chen menyambutku
“nde chen,, kalian sudah lama,”
“sudah lumayan sih,,”
“Kemana jong in, apa dia belum pulang” aku bertanya, karna memang aku tak melihat jong in berada di disini bahkan aku sempat melihat sofa depan tv, aku takut jika ia berbuat yang mesum dengna yeoja lagi, walau takutku sangat tidak beralasan.

“dia dikamar ji hyun” kata xiumin menunjuk kearah kamar jong in.
.
.
Aku berjalan gontai menuju kamar jong in, ingin berbagi kebahagiaan yang kini telah aku rasakan. Mungkin saja jong in saat ini mau menjadi pendengar yang baik buatku.
.
Aku buka pintu kamar jong in, sengaja aku tak mengetuknya, karna ingin membuat kejutan untuknya...
“jong in....”

BRAAAAAAAAR........
Tubuhku terasa panas seperti di sambar petir, ternyata kini aku yang sangat terkejut, melihat jong in bersama yeoja sedang bermesraan di atas ranjang, entah mengapa emosiku melihat mereka begitu memuncak, menguasai seluruh akal sehatku.

“KYAAA,,, apa yang kalian lakukan?”
“ji hyun, ada apa denganmu”
“APA KALIAN TIDAK MERASA KOTOR MELAKUKANYA DISINI,HAH?”
Sesak dadaku untuk bernafas, hatiku sungguh amat perih melihat jong in seperti ini, jantung terasa terlilit tali yang bisa menghancurkannya tanpa tersisa.

“jaga ucapanmu ji hyun” jong in kini mendekat kearahku.
“YA! APAKAH KAMU PELACUR? DIBAYAR BERAPA SAMPAI MAU TIDUR DENGAN LELAKI BEJAT SEPERTI DIA”
Aku merasa lepas kontrol dengan apa yang aku ucapkan, kini airmata sudah benar-benar jatuh tanpa bisa lagi aku membendungnya..

Plaak.....
“aahhhk,,” tangan jong in menamparku dengan begitu kuat.
“siapa kamu bisa melarangku” jong in sepertinya sengaja menduplikat apa yang aku katakan di sekolah tadi pagi.

Tangisku pecah, suaraku sudah terdengar sangat parau, kata-kata jong in telah melukai perasaanku.
“hikss,, hikss, nde,, benar apa katamu, aku bukan siapa-siapamu yang berhak melarangmu melakukan hal apapun, karna kita bukan teman, kita bukan saudara, kita juga tak memiliki setatus apapun,, benar apa kata kamu, aku hanya orang asing yang tinggal bersamamu, memang aku terlalu bodoh, harus terluka melihatmu dengan pelacur itu, arraso~~ nikmati semua kebebasanmu, aku tak bisa lagi tinggal bersama namja tak memiliki moral sepertimu terima kasih untuk semuanya”
.
.
==Kim jong in POV==
Melihat ji hyun menangis terisak di depanku, membuat hatiku ikut menangis merasakan kesakitannya, mana mungkin aku bisa menamparnya begitu saja, dan apa yang dia katankan “dia tidak bisa tinggal lagi disini?” “apakah dia akan pulang kerumah? Ani itu tidak boleh terjadi” aku berlari memasuki kamar ji hyun, aku tau jika dia  keluar dan menuju kamar tidurnya.
Terlihat dia memekai tas punggungnya, airmata terus saja banjir di kedua bola matanya.
.
“kamu mau kemana” tanyaku pelan kepada ji hyun
“apa itu sebuah pertanyaan hikss hikss”
“jangan pergi dari rumah ini”
“aku bukan siapa-siapapun bagimu, tidak ada pengaruhnya aku berada disini atau tidak, terima ksih untuk segalanya, terima kasih kamu telah berusaha melindungiku, cukup bagimu untuk membayar penyesalanmu terhadapku”
.
“hikss,, hikss,,, apa kamu tau? Jika aku berada di rumah ini, akan membuatku lebih terluka, mianhe,,, aku mengganggu kesenanganmu” lanjutnya, ji hyun berjalan kearah pintu

“BERHENTI!!!,,, “  aku beranikan diri memeluknya dari belakang, mencium harum tubuhnya, membuatku sadar bahwa aku ingin tetap berada di sampingnya, ji hyun hanya larut dalam isak tangisnya, dengan hitungan detik, pelukanku yang melingkar di tubuhnya ia lepas perlahan, ia melangkah tanpa sekalipun menolehku, semakin menjauh dan mengilang di balik pintu yang menjadi jarak antara kami.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAGgggggggggggggggggrrh,,,,,,,,,,,” airmata tak mampu aku tahan, apakah aku membuat kesalah pada ji hyun? Kenapa dia marah? Kenapa dia pergi begitu saja meninggalkanku? Dan mengapa hatiku sesakit ini, melihatnya melangkah pergi dariku...mengapa?
.

To Be Continue.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar