|| Tittle : Black
Rose’s chapter 5 ||
|| Author : Park Nayya ||
|| Cast : Kim Jong in EXO| Park Ji hyun (oc/you)| Tao EXO||
|| Genre : Sad, Schoollife, Agust, Kekerasan, Yadong ||
|| Rating : NC21 ||
|| Lenght : Chapter ||
Selamat membaca ne headers.... di chapter ini, autor tidak
terlalu sepenuhnya puas,,, semoga chapter 6 bisa lebih bagus lagi ne,, amiin
.
WARNING
: NC21++, Yadong akut dan kekerasan.
STOP!!!
Jangan dilanjut jika gak mau baca.
NO
BASH, BASH TINDAS! Karna autor sudah memberi peringatan exstra.
*nah_Lho_galaknya_keluar_pan??!
.
Bagi
autor ini adalah bagian dari seni, jika ada headers yang menganggap ini tabu,
tidak pantas dan menjijikan! Maka jangan dilanjutkan.........
NO
Plagiat, NO Copy, NO, NO, NO!!!
Sory
For typo, gag typo gag gaul ^.^
.
.
Happy
Reading***
=Autor
POV==
Melihat
embun pagi memeluk dedaunan, sungguh sangat indah, menumbuhkan semangat park ji
hyun untuk menjalani rutinitas sepanjang hari. Sudah terlalu lama ji hyun
tinggal bersama jong in, namun selama itu juga dia tidak diperbolehkan masuk
sekolah, ingin sekali ji hyun menggunakan seragam sekolah, dan bisa msuk
seperti biasa, walau kenyataannya, belum sekalipun dia pernah belajar di
sekolah itu.
.
Sengaja
pagi ini ji hyun bergumul dengan dapur, menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya
dan juga jong in, berada di rumah ini,
memang sangat nyaman dan menyenangkan, tapi hati ji hyun tak bisa di bohongi,
jika sesungguhnya dia merindukan tao, sangat
merindukannya, ji hyun melihat kesepian dari ke dua mata tao, mata yang
merindukan kasih sayang seseorang. Terlepas dari perlakuannya yang kejam
terhadap ji hyun, ji hyun sangat menyeyanginya.
.
“Wae?
Kenapa melamun?” suara jong in menggetkan ji hyun yang terlihat bengong di
didapn wastafel, mereka saling membelakangi,
jong in sibuk mengambil air di dalam kulkas, sedangkan ji hyun mecuci buah yang
ada di tangannya.
.
“ah~ eh ani,” ,
“jong
in, aku bosan di rumah, apakah boleh aku ikut sekolah?” kata ji hyun tanpa
menoleh kearah jong in.
“tapi
tanganmu belum sembuh ji hyun, jangan memaksa...”
“aku sudah tidak merasakan sakit sama sekali jong in”
“aku sudah tidak merasakan sakit sama sekali jong in”
Ji
hyun berbalik mengambil lab yang bergantung di samping kulkas, tanpa di sangka,
jong in juga melakukan hal yang sama.
.
Bruuk...
.
“akh..”
.
Deg!!!
.
Gugup!
Terlihat dari kedua mata mereka, tidak ada 1 sentipun jarak antara ji hyun dan
juga jong in, mata mereka saling bertemu, seakan tak ada celah untuk udara
masuk antara mereka, bahkan angin yang berhembus kini mereka rasakan berhenti
seketika, seperti terhipnotis, wajah mereka semakin lama semakin mendekat,
bahkan bibir mereka, kini saling bertemu dan berpangutan, jong in melumat
dengan lembut bibir merah ji hyun, sedangkan ji hyun memejamkan matanya,
menikmati apa yang dilakukan jong in.
.
“ini
tidak boleh terjadi” bisik dalam hati ji hyun, namun logikanya kalah oleh
perasaan yang menikmati keadaan ini. Ji hyun mendorong tubuh jong in sekuat
tenaga, tanpa berani menatap ke arah jong in.
.
“sarapannya
sudah siap,,,” kata ji hyun , sambil berlalu begitu saja.
“Aiiissh,
ada apa denganku” gumam jong in, detak jantung yang tak beraturan, bahkan
keringat dingin keluar di setiap pori-pori yang ada di kulitnya. Jong in
melangkah, ikut menikmati sarapan bersama dengan ji hyun. Ada kecanggungan
diantara mereka berdua, hanya terdiam dan pura-pura menikmati sarapan pagi ini,
bahkah wajah ji hyun kini seperti tomat yang merah merekah.
.
“Wae?
Ada apa denganmu? Kenapa gelisah” jong in menatap ji hyun dengan begitu lekat,
jika di lihat dengan seksama, justru jong in yang lebih gelisah dari pada ji
hyun, lihat saja, semua lauk dan sayuran berada pada mangkuk nasi milikinya,
bahkan mangkok nasi itu kini terlihat seperti anak gunung yang tinggi
menjulang.
.
.
==Kim
jong in POV==
Tak
biasanya setelah mencium seorang yeoja hatiku berdebar-debar seperti ini, aneh!
Dan sekarng aku sangat gugup di hadapannya. Aku berusaha menetralkan
perasaanku, agar tak terlihat olehnya
..
“ak-aku
sudah selesai, aku duluan” ji hyun langsung meninggalkan meja makan
“hufh,,,,
akhirnya” aku metarik nafas dalam, segera kuraih air minum yang ada di
sampingku. Ini pertama kalinya dalam hidupku merasakan perasaan seperti ini.
Perasaan takut setelah mencium yeoja.
.
.
-------------------********--------------------
“kamu
mau kemana” aku bertanya pada ji hyun yang kini berdiri di luar rumah
menggunakan seragam sekolah. Aku baru menyadarinya jika ji hyun adalah wanita
yang sangat manis.
.
“Aku
ikut sekolah, tadi aku sudah meminta ijin padamu jong in”
“ani,
kata dokter tangan kamu belum sembuh sempurna dan kamu belum boleh sekolah”
“terakir
periksa, aku sudah boleh beraktifitas seperti biasa, sudahlah, kajja..”
“Dasar ajjusi, sama sekali tak mau bekerja
sama denganku, awas saja nanti” kesalku dalam hati pada dokter keluargaku.
.
.
Didalam
perjalanan kami hanya terdiam, canggung jadi seakan jadi tembok antara aku dan
ji hyun.
“hmm...
ji hyun,eh,,, anggap ciuman tadi tak
pernah terjadi, aku sering melakukannya dengan yeoja lain, jadi tidak ada
sesuatu yang istimewa, jadi jangan terlalu di fikirkan, arachi?”
Aaaiiiissssh
ada apa dengan bibirku, tiba-tiba mengatakan hal yang membuat hatiku merasakan
nyeri.
.
Aku
melirik sekilas kearah ji hyun dia hanya diam tanpa exspresi sedikitpun. Apakah
aku salah bicara, mengapa aku takut jika dia akan marah? Aku sudah berjanji
tidak menyentuhnya, tapi yang aku lakukan tadi pagi? Pabo~~ .
.
.
---------*******-----------
Hari
ini hujan turun rintik-rintik, semua siswa fokus pada seonsaengnim yang
menerangkan di depan, biasanya aku sudah keluar kelas, tapi tidak untuk hari
ini, walau di dalam kelaspun tidak tertarik mendengarkan pelajaran sejarah
korea yang bagiku sangat membosankan, ada alasan mengapa saat ini aku betah
lama-lama disni, alasan yang sebenarnya aku sendiri tak mengatahuinya mengapa
bisa seperti itu.
mataku
yang terus saja tertuju ke arah ji hyun, yeoja yang bahkan setiap hari bertemu
denganku. Apa mungkin karna kejadian pagi tadi? Ah mana mungkin,,, bukankah
tidak hanya sekali aku menciumnya, bahkan, aku dulu melakukannya lebih dari
pada yang aku lakukan pagi tadi.
.
.
Teeeeeeet
tttttttteeeeeeeeeeeet
Bel
istirahat kini telah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, tapi tidak
untuk ji hyun, dia masih duduk terdiam
di bangkunya.
“Wae?
Apakah kamu tidak keluar?” tanyaku, sambil berjalan kearahnya.
“ani~
aku takut ketemu tao oppa”
“ada
aku, kenapa kamu harus takut ji hyun?”
“aku
takut, karena aku terlalu merindukan oppa”
“Kyaa,,
apa maksutmu?”
“aku
terlalu merindukannya, takut jika aku bertemu dengannya, aku bisa memeluknya
dan dia akan marah kepadaku”
“Apa
kamu gila?? Apa kamu akan melakukan hal yang begitu menjijikan seperti itu,
dasar yeoja murahan”
“apa
maksut perkataanmu? Dia oppaku, wajar aku memeluknya, siapa kamu melarangku?”
Ji
hyun tiba-tiba berdiri dan berlari keluar dari kelas,,,
“ah
sial” gerutuku kesal
.
.
.
--------------****----------------
==Park
Ji hyun POV==
Aku
terus berjalan meninggalkan kelas, meninggalkan jong in yang masih mematung
berdiri di dalam kelas, “Yeoja murahan” kalimat itu terus saja menari di dalam
otakku, bagaimana mungkin dia bisa berkata seperti itu.
.
“ah
~~ dasar bajingan gila”
Dadaku
serasa di himpit tembok yang begitu kokoh, kesal pada jong in, mulutku tak
henti-hentinya merancu karna menahan emosi kepadanya.
.
.
“oppa~
“ kataku lirih ketika melihat tao oppa berjalan melintasiku, namun ia sama
sekali tak melihat ke arahku
Aku
berjalan mengikutinya dari belakang, berharap ia tak mengetahui keberadaanku
“mau
kemana dia?” tanyaku dalam hati.
Dengan
mengendap-ngendap seperti seorang maling, aku terus saja memperhatikan dimana
ia akan pergi, akhirnya di berhenti pada bagunan tertinggi sekolah ini,
dibalkon sekolah tempat yang jarang sekali di datangi oleh siswa, karna mereka
malas jika harus berjalan memutar-mutar untuk sampai ke tempat ini, tapi ada
apa tao datang ke sini?
“keluar
dari tempat persembunyianmu ji hyun?” kata tao setengah membentak, masih dengan
beribu pertanyaan di otakku, kini aku di kagetkan dengan teriakan tao, bagaimana
mungkin dia tau keberadaanku, bukankah aku sudah sembunyi-sembunyi saat
mengikutinya?
“mi-mianhe
oppa, ak-aku,,,”
“Wae?
Kenapa kamu mengikutiku, aku terlalu muak melihat wajah sok polosmu”
“Oppa~~”
“Kha,,,
enyah dari hadapanku,”
“tapi
oppa, aku merindukanmu”
Aku
menunduk, airmataku kini menetes tanpa bisa lagi aku menahannya. Tao berjalan
mendekatiku,
“kamu
hanya sampah yang di bawa pelacur itu ke rumahku, ara?”
“oppa~~”
“apa
pelacur itu tak pernah mengajarimu, sopan santun hah?”
Tao
tersenyum seduktif kearahku.
.
Plaaak,,,,
Tanganku
menampar pipi tao dengan begitu keras.
“jaga
perkataan oppa, jangan sekali-kali menyebut eomma sebagai seorang pelacur, aku
sudah sangat tidak tahan mendengarnya oppa” emosiku tidak bisa terkendali, saat
tao terus menerus menyebut eomma sebagai pelacur, telingaku seperti di cocok,
besi yang begitu panas.
“aaaaaaggggggghhhhgghh,,,
oppa~~ hentikan~~aaaggthhhgg,,, aku bis---sa,, aahgg mat-ti,, aagggghhg lepas
oppa”
Tangan
kekar tao kini mencekik kuat leherku, mungkin jika ini di teruskan, aku
benar-benar bisa mati di tangannya,,, dadaku sesak untuk bernafas, tenggorokanku
terasa sangat nyeri....
“jebb-bal
op-pa,,aaaggghhh..”
Tao
hanya menatapku penuh emosi, matanya merah menahan kemarahan yang kini
menyelimuti dirinya, aku di dorong dengan begitu cepat, sampai tubuhku
bersandar pada tembok pembatas gedung ini
“oppa
hen—tik-kan,, aku bisa ter-jatuh”
Ini
adalah lantai 12, jika aku terjatuh dari tempat ini, hanya hitungan detik,
tinggal namaku yang akan di kenang pada sekolah ini.
“kamu
mengatakan, eommamu bukan pelacur,hah? Benarkah? Orang yang merebut suami orang
dan membuat wanita lain hidup menderita dan sengsara, apakah itu bukan pelacur?
Sekarng ia tinggal yang begitu mewah, sedang kan karena dia wanita lain hidup
di sebuah gubuk reot,,, apakah itu bukan pelacur?”
“Aapp---pa
maksut op-pa?” tao terus saja mendorong tubuhku, jika ia melepaskan tangannya
sebentar saja aku sudah terjun bebas dari tempat ini.
“apa
kamu ingin tau apa yang aku katakan? Kajja!”
Secepat
kilat ia melepas cengkeramannya, dan menarik tanganku mengikutinya, ah wajahku
terasa seperti kesemutan,,, aku masih terbatuk-batuk dan nafasku
terengal-engal.
“oppa
kita mau kemana”
Ia
hanya diam seribu bahasa dan tanpa menatap kearahku.
Kami
keluar dari area sekolah, oppa melajukan mobilnya dengan begitu cepat, aku
tidak tau oppa mau membawaku kemana, yang pasti aku tau oppa tidak akan pernah
membunuhku, ke kejam-kejamnya dia, mungkin hanya akan memukul dan menendangku.
.
Cuaca
diperjalanan begitu sejuk, karna kami melewati pantai yang begitu indah, banyak
pohon kelapa dan juga pasir putih yang terlihat begitu bersih, andai saja wajah
oppa tak semarah itu, aku ingin berjalan-jalan ke tempat itu,,
.
Dua
jam sudah kami habiskan di atas kendaraan, dan sepatah katapun tidak keluar
dari mulut oppa, apalagi senyumnya, sulit sekali untukku bisa melihatnya. Mobil
berhenti tepat di depan pemukiman penduduk, oppa keluar dan , membuka pintu
untukku, ia menarik tanganku dengan sangat kasar.
“Palli,,”
“oppa
kita mau kemana” tanyaku penuh selidik
“diam
dan ikuti saja aku”
.
.
Jalan
kami berhenti di depan sebuah gubuk kecil yang terbuat dari bambu, lebih kecil
dari rumahku yang berada di busan, aku masih bingung, mengapa tao membawaku
ketempat ini.
“kamu
melihat gubuk itu?”
“hah?oh-ya”
“disanalah
wanita yang di tinggalkan appaku demi pelacur itu, ia adalah eommaku”
Sontak
aku melihat ke arah tao, matanya kini
nanar menahan airmata yang hampir melesat jatuh pada pipinya. Kami semakin
berjalan mendekati rumah itu, aku berjalan di belakang tao, terdengar
sayup-sayup seseorang sedang ngobrol di dalam rumah, mungkin karna terbuat dari
bambu, hingga suara seseorang yang mengobrol terdengar jelas pada telinga kami.
Suara itu dari dua orang yang berbeda jenis kelamin, karna suara itu khas suara
seorang namja dan yeoja.
.
Tao
menghentikan langkah kakinya, akupun mengikutinya, yang hanya berhenti dan
mematung di tempat ini. Tao seakan mendengarkan percakapan mereka dengan cukup
serius.
.
Tak
sengajapun aku ikut mendengar apa yang mereka bicarakan, namun aku tak tau pastinya
apa yang mereka maksut.
“Sayang,,
bertahanlah sebentar lagi” kata seorang yeoja dari dalam rumah bambu ini.
“tapi
ini sudah terlalu lama, jun hae...”
“anakku
begitu percaya kalau aku begitu menderita, appanya sekarang lagi berada di
italia, jika aku meminta uang tao 300jt pasti akan langsung dia berikan, dan
kita bertahan sebentar lagi saat orang tua gilla itu menyerahkan semua hartanya
pada tao, kita akan bs menikmati semuanya,, hahahaha karna tao begitu mencintai
eommanya, untuk itulah aku tinggal di gubuk ini”
‘Tapi
sampai kapan chagiya?”
“bertahanlah
sebentar lagi..”
“jika
tidak ada wanita kampung itu, pasti dia sudah aku bunuh, wanita itu
menyelamatkannya, dan justru sekarang mereka menikah, sial”
.
DEG!!!
“Jadi
selama ini, tao oppa? “
Aku
melihat ke arah tao, terlihat jelas dari raut wajahnya kini ia begitu terluka.
Amat sangat terluka.
Braaak...
Tao
menendang pintu yang terbuat dari bambu itu dengan cukup keras....
“tao?”
.
Mereka
berdua tersentak kaget melihat tao berdiri, dengan wajah menahan amarah
“tao
sayang~~ kapan kamu datang nak”
“bertenti
perpura-pura eomma, jadi selama eomma membohongiku? aku begitu membenci appa,
karna aku kira appa yang telah menelantarkanmu, tapi,,, aaaaaghhhhhrg aku
begitu bodoh terlalu mempercayai dramamu dengan bajingan ini....
Tanpa
ba bi bu...
.
Oppa
memukuli ajjusi yang berada di dalam ruangan ini.
“TAO
HENTIKAAAAN” teriak ajjuma itu dengan begitu keras, aku hanya mematung melihat
apa yang ada di depanku saat ini.
.
“Iya
aku membohongimu, untuk apa aku hidup di gubuk ini? Agar kamu bisa percaya
kepadaku, kamu anak yang tidak pernah aku harapkan, kamu hanya sumber uang
buatku dan tidak lebih dari itu, ARA? Lepaskan tanganmu dari tubuhnya”
Airmata
yang dari tadi berusaha tao tangan kini jatuh membasahi kedua pipinya.
.
“eomma,,,
ah,,, bahkan kamu tak pantas aku panggil dengan sebutan itu jung hae, jangan
harap kamu medapatkan sepeserpun harta dari appaku, enyahlah dari kehidupanku”
Tao
berlari sekencang-kencangnya, aku mengikutinya dari belakang...
Ia
kini terduduk di bibir pantai sambil menangis dan berteriak sekuat yang ia
bisa, bahkan air laut kini sudah membasahi hampir seluruh tubuhnya, sama sekali tidak dia perdulikan, aku hanya berdiri
dari kejauhan melihat tao, tidak berani mendekat, aku takut dengan keberadaanku
ia akan semakin terluka, aku baru mengerti mengapa selama ini dia terlalu
membenci aku dan eommaku, ternyata ada kesakitan yang dia rasakan tersendiri.
.
.
Hidup
memeang tak selalu seperti apa yang kita lihat dengan kasat mata, banyak
kejadian yang berada dibalik semuanya, seperti apa yang tao rasakan saat ini,
di fikirannya, appa terlalu jahat dan mengabaikan eommanya, namun pada
kenyataannya, eommanya yang justru sangat menyakiti appa.
.
“oppa~~
“ aku beranikan diri mendekatinya, duduk tepat di sampingnya, iya msih larut
dalam isak tangisnya, memandang laut yang begitu lepas.
.
“kamu
sudah mendengar semuanya, kenapa kamu masih berada disini,“
Katanya
sinis kepadaku,
.
“aku
menunggu oppaku, untuk pergi bersama”
“aku
sudah buta akan kebaikan eommamu, mana mungkin kamu masih menganggapku sebagai
oppamu”
“Jika
aku ada di posisi oppa, mungkin aku akan melakukan hal yang sama seperti apa
yang oppa lakukan kepadaku, mungkin akan jauh lebih kejam, karna aku tak akan
bisa melihat eommaku menderita”
Kini
oppa menatapku, bulir airmata kembali jatuh pada pipinya, ku beranikan meraih
tubuh oppa dan juga menggelamkannya pada pundakku. Aku tau jika tao bukan orang
yang begitu jahat, walau dia banyak menyakitiku, namun aku benar-benar tau akan
hal itu. appa pernah bercerita, dulunya oppa adalah anak yang sangat ceria,
namun setelah yeojacingunya meninggal dia berubah total, jadi anak yang pendiam
dan tak pernah tersenyum sedikitpun.
.
.
“oppa
sudahlah, yang terpenting oppa sudah tau kebenaranya, oppa jangan menangis lagi
ne, liatlah lingkar mata oppa sudah menghitam persis seperti mata panda,,,
hehe”
Tao
hanya menatapku, terlihat senyum di sudut bibirnya.
.
“oppa
gumawo”
“untuk?”
“senyumnya”
Ia
kembali tersenyum ke arahku, “ji hyun, gumawo”
“untuk”
“kamu
bertahan hidup disamping oppa, walau oppa keterlaluan terhadapmu, kamu
mengingatkan oppa dengan yeojacingu oppa, yang terlalu baik, namun akhirnya dia
mengakhiri hidup karna oppa” terlihat oppa menghela nafas yang begitu dalam,
ingin sekali aku bertanya lebih lanjut mengenai kim hey in, namun sepertinya
sekarang bukan waktu yang tepat, takut tao semakin terluka.
.
.
.
-----------******------------
Cuaca
dengan cukup indah, bintang bertaburan, sepoi angin yang berhembus menyejukan
kulitku, mobil tao berhenti tepat di depan gedung pencakar langit yang ada di
tengah kota seoul, lebih tepatnya tepat di depan apartement kim jong in.
Sengaja aku masih pulang ke rumah jong in, walau terakhir kali aku bertemu, dia
membuatku cukup kesal dengan menyebutku “yeoja murahan”.
.
Aku
naik ke dalam litf kenuju lantai 59, aku melirik jam tangan, sudah menunjukan
pukul 20.41 KST. Aku mencoba meraih phonselku di dalam tas.
.
“Hah?
Gag sekalipun jong in menghubungiku, apa aku terlalu berharap banyak dia
mengkhawatirkanku?” aku menghela nafas dalam. Aku ingin mncerikatan sisi lain dari
tao, mungkin keras kepalanya dia membenci tao, akan sedikit berkurang.
.
Aku
memasuki apartement, cukup mudah bagiku, karna pasword apartement ini aku juga
memegangnya. Beberapa sepatu berserakan di depan pintu, aku tau jika jong in
dan teman-temannya sedang berpesta (lagi) di rumah ini.
.
“anyyeong..”
“ji
hyun, kamu baru pulang..” kata chen menyambutku
“nde
chen,, kalian sudah lama,”
“sudah
lumayan sih,,”
“Kemana
jong in, apa dia belum pulang” aku bertanya, karna memang aku tak melihat jong
in berada di disini bahkan aku sempat melihat sofa depan tv, aku takut jika ia
berbuat yang mesum dengna yeoja lagi, walau takutku sangat tidak beralasan.
“dia
dikamar ji hyun” kata xiumin menunjuk kearah kamar jong in.
.
.
Aku
berjalan gontai menuju kamar jong in, ingin berbagi kebahagiaan yang kini telah
aku rasakan. Mungkin saja jong in saat ini mau menjadi pendengar yang baik
buatku.
.
Aku
buka pintu kamar jong in, sengaja aku tak mengetuknya, karna ingin membuat
kejutan untuknya...
“jong
in....”
BRAAAAAAAAR........
Tubuhku
terasa panas seperti di sambar petir, ternyata kini aku yang sangat terkejut,
melihat jong in bersama yeoja sedang bermesraan di atas ranjang, entah mengapa
emosiku melihat mereka begitu memuncak, menguasai seluruh akal sehatku.
“KYAAA,,,
apa yang kalian lakukan?”
“ji
hyun, ada apa denganmu”
“APA
KALIAN TIDAK MERASA KOTOR MELAKUKANYA DISINI,HAH?”
Sesak
dadaku untuk bernafas, hatiku sungguh amat perih melihat jong in seperti ini,
jantung terasa terlilit tali yang bisa menghancurkannya tanpa tersisa.
“jaga
ucapanmu ji hyun” jong in kini mendekat kearahku.
“YA!
APAKAH KAMU PELACUR? DIBAYAR BERAPA SAMPAI MAU TIDUR DENGAN LELAKI BEJAT
SEPERTI DIA”
Aku
merasa lepas kontrol dengan apa yang aku ucapkan, kini airmata sudah
benar-benar jatuh tanpa bisa lagi aku membendungnya..
Plaak.....
“aahhhk,,”
tangan jong in menamparku dengan begitu kuat.
“siapa
kamu bisa melarangku” jong in sepertinya sengaja menduplikat apa yang aku
katakan di sekolah tadi pagi.
Tangisku
pecah, suaraku sudah terdengar sangat parau, kata-kata jong in telah melukai
perasaanku.
“hikss,,
hikss, nde,, benar apa katamu, aku bukan siapa-siapamu yang berhak melarangmu
melakukan hal apapun, karna kita bukan teman, kita bukan saudara, kita juga tak
memiliki setatus apapun,, benar apa kata kamu, aku hanya orang asing yang
tinggal bersamamu, memang aku terlalu bodoh, harus terluka melihatmu dengan
pelacur itu, arraso~~ nikmati semua kebebasanmu, aku tak bisa lagi tinggal bersama
namja tak memiliki moral sepertimu terima kasih untuk semuanya”
.
.
==Kim
jong in POV==
Melihat
ji hyun menangis terisak di depanku, membuat hatiku ikut menangis merasakan
kesakitannya, mana mungkin aku bisa menamparnya begitu saja, dan apa yang dia
katankan “dia tidak bisa tinggal lagi disini?” “apakah dia akan pulang kerumah?
Ani itu tidak boleh terjadi” aku berlari memasuki kamar ji hyun, aku tau jika dia
keluar dan menuju kamar tidurnya.
Terlihat
dia memekai tas punggungnya, airmata terus saja banjir di kedua bola matanya.
.
“kamu
mau kemana” tanyaku pelan kepada ji hyun
“apa
itu sebuah pertanyaan hikss hikss”
“jangan
pergi dari rumah ini”
“aku
bukan siapa-siapapun bagimu, tidak ada pengaruhnya aku berada disini atau
tidak, terima ksih untuk segalanya, terima kasih kamu telah berusaha
melindungiku, cukup bagimu untuk membayar penyesalanmu terhadapku”
.
“hikss,,
hikss,,, apa kamu tau? Jika aku berada di rumah ini, akan membuatku lebih
terluka, mianhe,,, aku mengganggu kesenanganmu” lanjutnya, ji hyun berjalan
kearah pintu
“BERHENTI!!!,,,
“ aku beranikan diri memeluknya dari
belakang, mencium harum tubuhnya, membuatku sadar bahwa aku ingin tetap berada
di sampingnya, ji hyun hanya larut dalam isak tangisnya, dengan hitungan detik,
pelukanku yang melingkar di tubuhnya ia lepas perlahan, ia melangkah tanpa
sekalipun menolehku, semakin menjauh dan mengilang di balik pintu yang menjadi
jarak antara kami.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAGgggggggggggggggggrrh,,,,,,,,,,,”
airmata tak mampu aku tahan, apakah aku membuat kesalah pada ji hyun? Kenapa
dia marah? Kenapa dia pergi begitu saja meninggalkanku? Dan mengapa hatiku
sesakit ini, melihatnya melangkah pergi dariku...mengapa?
.
To
Be Continue.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar