Blogger Widgets
Assalamualaikum, Welcome To My blog's!!
"

Kamis, 12 Februari 2015

Black Rose’s chapter 4



|| Tittle : Black Rose’s chapter 4 ||
|| Author : Park Nayya ||
|| Cast : Kim Jong in EXO| Park Ji hyun (oc/you)| Tao EXO||
|| Genre : Sad, Schoollife, Agust, Kekerasan, Yadong ||
|| Rating : NC21 ||
|| Lenght : Chapter ||


Annyeong,, Akhirnya di FF ini headers akan menemukan sisi lain pada cerita ini :)
apa kalian penasaran? Kajja menuju ke TKP

.
WARNING : NC21++, Yadong akut dan kekerasan.
STOP!!! Jangan dilanjut jika gak mau baca.
NO BASH, BASH TINDAS! Karna autor sudah memberi peringatan exstra.
*nah_Lho_galaknya_keluar_pan??!
.
Bagi autor ini adalah bagian dari seni, jika ada headers yang menganggap ini tabu, tidak pantas dan menjijikan! Maka jangan dilanjutkan.........
NO Plagiat, NO Copy, NO, NO, NO!!!
Sory For typo, gag typo gag gaul ^.^
.
.
Happy Reading***
.

.
==Kim Jong in POV==
Aku semakin mendekatinya, menatap lekat wajah cantik yang berbaring diatas ranjang. Tangisku semakin pecah, ketika melihat warna kebiruan di sekujur tubuh mungil yang tadinya putih tanpa cacat itu. Melihatnya tidak berdaya seperti ini, mengingatkanku pada sosok wanita yang sangat aku cintai, kim hye in kakak perempuanku.
.
“ji hyun mianhe, aku telah banyak menyakitimu,,,” hanya kalimat ini, yang kini terus muncul pada fikiranku. Aku beranikan menyentuh wajahnya. Wajah tidak berdosa yang selama ini aku siksa. Bagaimanapun aku harus menebus rasa bersalahku padanya, tapi bagaimana caranya?
Hatiku benar-benar tak mampu menahan sesal yang bergelayut menggerogoti kekuatanku .
.
.
------------********------------
==Autor POV==
Kim jong in masih terduduk  di samping ranjang ji hyun, tak ingin sekalipun ia beranjak dari tempat ini.  Kini jari-jari lentik yang ada di depan jong in mulai bergerak, keingin terbesar jong in berharap mata ji hyun kembali terbuka dan melihatnya.
.
“ji hyun ,, apa kamu mendengarku?”
Jong in merasakan kebahagian yang sungguh sangat luar biasa, ia genggam tangan ji hyun penuh dengan rasa bersyukur.
.
Mata ji hyun mulai terbuka, ia kini sadar dari tidur panjangnya,,,
‘aaahhhcccckk,,,,, jong in?” wajah ji hyun terlihat kaget ketika mendapati jong in berada tepat di sampingnya.
.
“ji hyun gwenjana? Kamu bisa melihatku? Jijja,,, hah?...... benarkah kamu bisa melihatku”
“wae???  kenapa kamu kesini,,, pergiii.......,” tersirat kebencian yang teramat dalam terlukis di wajah ji hyun.
.
“pergi,,, jeebbbaaal pergilah, aku tidak mau melihatmu,, PERGI,,, aaakhhhc,, tanganku,,,, aakkkccchh sakiiiiiit”
.
“sakit,, mana yang sakit” jong in berusaha mencari bagian tubuh mana dari ji hyun yang merasa sakit.
“Jangan sentuh aku bajingan,, aaakhhhhhgg”
Airmata ji hyun kini mulai membanjiri pipinya, isak tangispun tak kuasa ia bendung.
.
“ada apa dengan tanganku?” bisik hati ji hyun.
.
Jong in berlari keluar mencari tenaga medis untuk memberi pertolongan pada ji hyun, mungkin karena panik, iya lupa jika di kamar ji hyun ada tombol untuk meminta bantuan pada suster.
.
.
------------****--------------
 “Setelah memeriksa semua keadaan teman kamu, tidak ada luka serius pada bagian matanya, hanya tangan kanannya belum bisa di gerakan sempurna, karna terjadi pembengkakan di tulang rusuk bagian belakang, beberapa kali terapi nanti akan sembuh, skrng pasien bisa pulang, cukup dengan pengobatan  rawat jalan.” kata dokter pribadi keluarga kim kepada jong in.
.
“nde ajjusi,, gamsamida”
.
.
--------------***------------------
Sepoi angin berhembus dengan sangat lembut, menggelitik dingin di setiap jengkal kulit tubuh manusia, tidak terkecuali kim jong in dan park jin hyun.
.
.
“ada apa denganmu? Mengapa terus mengikutiku? Pergi....” wajah ji hyun terlihat kesal, jelas saja, orang yang selama ini paling ia benci, kini terus berjalan di belakangnya, walau tanpa suara namun tetap menggaggu ketenangan hati ji hyun.
.
“kajja~~ terserah apa katamu, tapi tinggallah di apartementku”
.
“Apartement? Apakah jong in benar-benar sudah gila” hati ji hyun menggerutu semakin kesal.
“berhenti~ aku mau pulang kerumahku, bukankah sudah tidak perlu kamu menyiksaku lagi? Untuk apa ke aprtementmu? Apa kamu belum puas, melakukan semuanya padaku dan juga tao oppa?”
.
“ini antara aku dan kamu, jangan sebut nama tao di depanku, ijinkan aku menebus kesalahanku ji hyun, aku akan merawatmu, setidaknya sampai luka di tanganmu sembuh, apakah kamu tidak takut dengan tao setelah apa yang ia lakukan padamu?”
.
“ani... sama sekali aku tidak takut, dia adalah oppaku sekalipun dibunuh, aku tidak akan pernah takut, justru kamu yang aku takutkan, mana mungkin aku bisa tinggal bersama orang mesum sepertimu”
.
Jong in menatap lekat ke arah yeoja, yang kini memberikan ekspresi kemarahan padanya, namun ia sadar jika apa yang ia lakukan memang sudah sangat keterlaluan.
.
“aku berjanji tidak akan menyentuhmu lagi ji hyun, tapi terima tawaranku, atau.....”
.
“atau apa?” belum selesai jong in mengelesaikan kalimatnya, ji hyun sudah memotongnya begitu saja,
.
“atau aku akan memaksamu”
Tangan jong in dengan sigap menggendong ji hyun di pundaknya.
.
“Yak,, hentikan, apa yang kamu lakukan,,, turunkan aku, YAAAK tanganku sakit,,, pabo”
Ji hyun terus saja memukuli pungggung jong in menggunakan tangan kirinya, walau banyak mata yang memperhatikan tindakan jong in, ia sama sekali tidak perduli, bahkan ia menulikan telinganya untuk mendengar suara teriakan park ji hyun.
.
.
==Park ji hyun POV==
Aku melihat, terlintas wajah jong in yang begitu fokus menyemudikan mobilnya, entah ada perasaan aneh yang bergelayut dalam benakku, perasaan yang tidak mampu aku telaah dengan logika, tiba-tiba sesak menghampiri hatiku, tapi bukan sesak yang begitu menyedihkan, justu sesak bahagia menerima kebaikan jong in, orang yang selama ini aku benci ternyata penuh dengan tanggung jawab. Amazing!!!
.
.
“Wae?  apa yang akan kamu lakukan?” aku terberanjat kaget, ketika tubuh jong in condong ke arah tubuhku.
.
“membantumu melepas sabuk pengaman,” kata jong in dengan datar,
“kita sudah sampai, apakah kamu berfikiran mesum?” lanjutnya
.
“An~~ani...” kataku gugup, aiiiishhhhhh,,,,,aku yakin saat ini wajahku merah seperti udang rebus karena menahan malu. Tapi biarkan saja, memang selama ini dia selalu memperlakukanku seperti itu, mungkin ia juga mengerti, ah tapi sial, hatiku masih saja merasa malu.
.
.
Memasuki apartement ini dengan sedikit ragu, karena jujur saja aku takut jika kebaikan jong in hanyalah pura-pura.

“masuk, kenapa kamu ketakutan?”
Sepertinya dia bisa membaca apa yang ada di fikiranku. Aku melangkah masuk ke dalam apartementnya. Jong in menunjukkan kamar yang aku tempati, kamar itu dulunya adalah kamar kim hye in , kakak jong in.
.
.
“Bersihkan dulu badanmu, aku sudah pesan makanan, mungkin sebentar lagi datang, setelah itu keluar untuk makan” aku mengangguk dengan cukup pelan.
.
.
.
Selesai mandi, aku berganti baju, menggukan celana panjang longgar yang diberikan jong in  padaku, namun sial! Aku tak bisa mengkaitkan braku, sampai keputus asaan mengaitkannya, hampir membuat air mataku jatuh.
“apakah perlu bantuan?”
.
DEG!
Suara jong in mengagetkanku yang tiba-tiba masuk kedalam kamar.
“KYAA,, KENAPA KAMU ADA DI SINI,,,PERGI”
Aku berusaha menutupi ke dua payudaraku yang hanya tertutup bra, dan belum di kaitkan.
.
Jong in semakin mendekat kearahku, ketakutan kini mulai merasuk pada diriku lagi
“jong in jangan macam-macam kamu”
Ia mendekap tubuhku, “lepaskan bajingan,,,”
.
Plaak
Ku dorong dan satu tamparan ku tujukan padanya, aneh! Kenapa dia hanya diam sja, kembali ia mendekatiku dan berbisik dengan sangat pelan, “tenanglah aku tidak akan menyentuhmu”
.
Dia  meraih pengait braku dan di pasang dengan sempurna, dia ambil baju yang ada  tepi ranjang, tanpa menolehku, ia memakaikan baju itu pada tubuhku
.
“hilangkan fikiran mesummu ji hyun”
Seperti di pukul palu yang begitu besar wajahku, bagaimana mungkin dia berkata seperti itu. Lagi! Aku sangat malu di depannya, dia yang ingin menolongku justru aku menuduhnya yang bukan-bukan.
.
“kajja..”
Aku hanya menunduk mengikutinya dari belakang. Andai bisa wajah ini aku sembunyikan. Sudah aku sembunyikan, karena malu ,,,
.
.
==Autor POV==
 Detak jam di ruang tamu kim jong in, begitu keras bersuara di telinga jong in dan juga ji hyun. Hening, tanpa suara mereka menikmati makan malam yang jong in pesan secara dilevery.
.
“wae? Kenapa diam saja?” tanya jong in memecah keheningan di ruangan itu
“aku hanya belum terbiasa makan menggunakan tangan kiri” tanpa menoleh kearah jong in, ji hyun berusaha mengambil makanan dengan sumpit yang di pegangnya, namun gagal, dan berkali-kali ia terus saja gagal melakukannya.
Jong in berdiri dan duduk tepat di sebelah ji hyun,
“berikan?”
“wae”
“sumpitnya” jong in mengambil sumpit yang ada di tangan kiri ji hyun.
.
Kini jong in mengambil alih tugas ji hyun memasukan makanan pada mulutnya, bisa dikatakan jong in sedang menyuapi ji hyun.
.
Damn!!! Hati ji hyun mulai bergetar, sekali lagi, perasaan aneh bersarang di hatinya, “mungkinkah ia terpesona dengan kebaikan kim jong in? Mana mungkin?” Pertanyaan itu terus saja bermunculan di otak ji hyun, padahal baru tadi pagi ia mendapatkan perlakuan kasar dan merasa harga dirinya di injak-injak oleh jong in,,,, mana mungkin secepat itu? iya luluh dengan keadaan ini.
.
Inilah asli sifat jong in, selalu memperlakukan lembut siapapun yeoja  yang ada di dekatnya, tidak pernah sekalipun ia menyatiki secara fisik maupun hati yeoja yang di sampingnya, saat melakukan kesalahan pada ji hyun, ia berfikir seumur hidup tidak akan pernah bisa menghapus kesalahan  itu, sekalipun nyawa  yang menjadi gantinya. Mulai saat ini, janji jong ini akan merawat ji hyun sampai dia sembuh total, dari luka fisik yang di deritanya, walau dia tau akan susah, menghapus luka di hati ji hyun.
.
.
“gumawo, sudah membantuku” kata ji hyun pada jong in
“jangan ucapkan terima kasih, semua aku lakukan untuk menebus semua kesalahanku.”
.
.
-----------------***------------------
Dua minggu sudah ji hyun, tinggal bersama jong in, ia hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, juga dilarang pergi kesekolah, sebelum luka yang diderita ji hyun sembuh total.
Ji hyun mulai mengenal siapa sosok jong in sesungguhnya, mengetaui ke biasaan buruk yang selalu ia lakukan bersama dengan teman-temannya.
.
“jong in, boleh aku bertanya” ji hyun duduk di sofa, tepat belakang jong in yang sedang duduk diatas karpet sambil bermain PS. Saat santai seperti ini, mungkin ji hyun berani bertanya mengenai hal yang sangat sensitif.
.
“kenapa kamu begitu membenci tao oppa?”
Jong in seketika menghentikan aktifitasnya dan menoleh kearah ji hyun. Mungkin memang ini pertanyaan yang paling sulit untuk jong in jawab. Karna terlihat jelas, wajahnya tidak menyukai pertanyaan itu.
.
“ah sudahlah,, jangan dijawab, mungkin pertanyaanku sangat melukai perasaanmu”
Ji hyun ingin beranjak dari tempat duduknya, namun jong in menghentikannya.
“tunggu, “
Ji hyun mengurungkan niatnya dan kembali duduk, jong in berdiri dan kini mereka sama-sama duduk diatas sofa.
.
.
“karna tao telah membunuh noonaku” jawab jong in singkat, tertangkap kemaharan dan ke pedihan di kedua mata yang kini nanar di penuhi dengan airmata. Teringat kenyataaan pahit bahwa noonanya kini telah tiada.
.
“mianhe, kemarin aku tak sengaja menemukan beberapa foto mesra tao bersama dengan eonni di kamar, bukankah mereka sepasang kekasih?”
.
“Benar, mereka dulu memang menjalin hubungan, bahkan lebih dari dua tahun, tapi hari itu setelah bertemu dengan tao di sini, noona bunuh diri, dengan beberapa luka lebam di temukan tubuhnya, yang sangat mengejutkan, noona sedang mengandung, dan aku tau itu adalah anak dari tao, karna selama itu mereka memang saling mencintai, kakek tidak mau memperpanjang masalah, karna berita ini akan mempengaruhi reputasinya, maka dari aku sendiri yang turun tangan untuk membalas kematian noonaku pada tao, aku kira kamu dongsaeng kandungnya, makanya aku ingin tao merasakan betapa sakitnya kehilangan orang yang kita cintai untuk selamanya” air mata kini jatuh membasahi pipi jong in, wajahnya menunduk menahan perih dihatinya, begitu juga dengan ji hyun, belum sepenuhnya percaya jika tao sekejam itu.
.
“apakah saat itu, kamu sempat ingin membunuhku?”
Ji hyun menatap tajam ke arah jong in, jong in hanya mengangguk pelan, tapi di luar kesadaran,  ji hyun justru  menarik tubuh jong in berada di peluknya, jong in semakin terisak larut dalam kesedihahannya.
.
.
---------------------****----------------------
Malam ini seperti biasa jong in kedatangan teman-temanya chen, xiumin dan beberapa yang lainnya, yang tidak seperti biasa adalah beberapa yeoja juga ada  disini, “ah selalu saja seperti ini, terlalu muak melihat mereka minum-minuman seperti ini” gerutu kesal ji hyun dan kembali kekamar.
.
Udara malam ini di rasakan ji hyun tidak seperti biasanya, yang biasanya dingin sampai menusuk tulang, kini begitu panas, seakan membakar tubuhnya yang berbaring di atas ranjang, gelisah...
.
“ah ada apa ini?”
Ji hyun sesekali terduduk dan berbaring, duduk dan berbaring lagi, itu terjadi berulang-ulang kali, akhirnya ia putuskan untuk keluar kamar, sekedar mengambil air dingin, mungkin segelas air dingin bisa meredakan hawa panas pada dirinya.
.
.
== Park Ji hyun POV==
Cuaca yang berubah dari dingin menjadi panas, membuat tubuhku sedikit berkeringat, tenggorokanku sedikit kering, aku beranjak dan keluar kamar, untuk mengambil segelas air setidaknya bisa mengurangi rasa panas di tubuhku.
.
Aku melihat mereka masih ada di ruang tamu, saling bercanda dan menikmati pesta kecil mereka, namun aku tidak  melihat sosok jong in di antara mereka, mungkinkah jong in sudah tidur dan meninggalkan mereka disini, ah entahlah~~
.
Aku terus berjalan, mengambil minuman di dalam kulkas,, dan berniat kembali ke dalam kamar, karna apapun yang mereka lakukan disini bukan urusanku, dan tempat ini juga bukan milkku, terserah apapun yang akan mereka lakukan.
.
Sebelum mencapai daun pintu, aku melihat seorang namja dan yeoja duduk di sofa depan tv,, aku berusaha mendekat kearahnya.
“Mungkinkah itu jong in”
.
DEG!!!
Jong in? Tubuhku mematung seketika.
Tidak salah lagi,, jong in kini sedang berciuman dengan seorang yeoja, ada apa dengan mataku, kenapa harus keluar airmata.
.
bahkan tangannya kini meremas lembut payudara yeoja itu, airmata tambah deras mengalir di pipiku, rasa perih melilit hatiku dengan sangat keras, jantung ini sekan di tekam dengan sebilah samurai, nafasku terasa sesak, tubuhku bergetar hebat melihat jong in menyentuh yeoja itu, ada apa dengan kakiku? Aku tak bisa beranjak dari tempat ini, Tuhan ijinkan aku untuk melangkah, kurasakan tubuhku semakin lemas, mereka semakin liar melakukannya,
.
Praaank....
Gelas yang ada di tanganku kini terjatuh, dan menyadarkanku dari keterpakuan ini.
.
“ji hyun”
Kata jong in kaget.
Segera aku bersihkan pecahan gelas kaca yang berserakan, tanpa sedikitpun menoleh ke arh jong in, aku takut jika ia melihat kekacauan di raut wajahku.
.
“akkhhh,,,”
Pecahan ini melukaiku, meninggalkan luka pada jariku dan darah mengalir tanpa bisa di tahan lagi.
.
“ji hyun, gwenjana”
Jong in ikut berjongkok di dapanku, ia meraih tanganku dan menghisap darah yang keluar, membiarkan jariku sesaat berapa di dalam mulutnya.
.
“Ada apa denganku, mengapa aku begitu sakit menatap jong in seperti ini?” hanya pertanyaan ini yang muncul dalam otakku. Kini airmataku kembali menetes.
.
“kajja” ia menarikku kedalam kamar,  membiarkanku terduduk di tepi ranjang dan ia mengambil kotak P3K... membersihkan dan membalut lukaku dengan sebuah plaster pembalut luka.
.
“Wae? Kamu menangis? Luka sekecil ini saja menangis? Cengeng sekali kamu ji hyun?”
Jong in terkekeh, dan meninggalkanku, andai ia tau luka yang ada di hatiku, 1000 lebih besar dari luka di jariku, apakah ia masih bisa menertawakanku? Kembali rasa sakit mengintip pada dinding hatiku.
.
.
-----------****--------------
===Kim Jong in POV===
Kilau matahari menyapu lembut wajahku, anginya sejuk memeluk tubuhku merasakan hawa dingin, biasanya hari libur seperti ini aku gunakan untuk pergi berlibur, namun semenjak ji hyun di sini, hari minggu hanya aku habiskan seharian dirumah, menemani ji hyun melihat film atau memanggil teman-temanku datang kesini.
.
.
“ji hyun,, kamu masak? Tanganmu belum boleh di gerakkan terlalu berlebihan, setidaknya untuk 1 minggu ke depan”
.
“nde”Ia menjawab tanpa menatapku sama sekali.
“apa kamu sudah mandi?”
“sudah”
“Kamu sudah menghubungi eommamu”
“sudah”
“ada apa denganmu? ah~~~ apa kamu masih marah karena aku katakan cengeng semalam?”
“ani”
“hentikan masakmu, kita beli makanan di luar saja”
“nde” Ia mematikan kompor dan berjalan kekamar berganti baju dan langsung keluar  lagi, tanpa protes sedikitpun.
“kajja”
Tanpa menolehku ia berjalan begitu saja masuk kedalam lift dan menuju parkiran.

“ada apa dengan ji hyun kenapa hari ini aneh sekali?” aku masih mencari jawaban dari sikap dinginya pagi ini.
.
Aku memutuskan untuk membeli ramen, kita turun dan menempatii sebuah meja di sudut ruangan. Ia masih terdiam kaku tanpa menatapku sama sekali.

“ji hyun,,”
Sebuah suara mengagetkanku dan juga ji hyun
Kini wajah ji hyun berubah ramah seketika, melihat lay yang kini berdiri di sebelah kami.
.
“lay.. kamu sendirian?”
“ne aku sedang menunggu pesananku untuk di bawa pulang”
“tunggu saja disini”
Ada apa dengan wajahnya? Mengapa dia begitu ceria saat melihat lay, bukanya dari pagi senyum itu hilang dari wajahnya? Kenapa aku begitu kesal melihat mereka tertawa bersama, ada apa denganku?  mengapa sakit melihat dia terlihat bahagia bersama orang lain?
.

“ji hyun kok bisa bersama jong in” tanya lay penuh selidik
“dia tinggal bersamaku”
Aku jawab pertanyaan lay, yang seharusnya di tujukan untuk ji hyun
.
“Ah ani~ aku kebetulan saja bertemu” Kilah ji hyun menatapku
“Yak,, bukankah sudah dua minggu kamu tinggal di rumahku?” protesku kesal kepada ji hyun.
.
“hehehe,,, iya aku tinggal bersama jong in, tapi tidak seperti apa yang kamu bayangkan lay”
Ji hyun nyengir di depan lay, dan itu membuatku jadi tambah meradang.

“aku duluan ne, sepertinya itu pesananku udah jadi”
Lay tersenyum ke arahku, tak aku respon sama sakali senyuman yang bagai pisau mengiris nadiku, yang mungkin saja bisa membuatku mati seketika.
.
“kajja”Aku berdiri dan menarik tangan ji hyun
“kemana?”Tanya ji hyun
“pulang”
“wae? Kita kan belum makan”
“nafsu makanku sudah hilang ji hyun,,, palli”
“tapi aku lapar jong in”
“bukannya kamu dirumah masak? Makan masakanmu sendiri”

==Park Ji Hyun POV==
Ada apa dengan jong in, bukankah seharusnya aku yang masih marah dengannya, tapi mengapa dia yang marah,, tapi memang aneh, kenapa juga aku harus marah ketika dia bercumbu dengan yeoja lain, bukankah aku bukan siapa-siapanya? Namun ketika membayangkan lagi yang terjadi kemarin, membuatku merasakan sakit yang begitu menyiksa, mungkinkah aku mencintai jong in?? Entahlah~~
.
.
To Be Contineu....
.
.
*Seperti biasa tinggalkan jejak yang masih ingin di tag di next chapter.... jadi TIDAK MELAYANI INBOX dgn asalan LUPA COMMENT,,
helloooow outor juga bisa lupa ngeTAG lho.......kita sama2 manusia yang sering lupa kan??? FIX!!!
.
 *bagi headers baru,,, cukup tinggalkan jejak di chap 4, tidak perlu di setiap chapter....
jika kalian tidak meninggalkan jejak, autor anggap kalian tidak ingin membaca di next chapter....arachi??
Warning : Autor songgong, sombong, peliit,,, haha #biarin (weeksss)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar