|| Tittle : Black
Rose’s chapter 4 ||
|| Author : Park Nayya ||
|| Cast : Kim Jong in EXO| Park Ji hyun (oc/you)| Tao EXO||
|| Genre : Sad, Schoollife, Agust, Kekerasan, Yadong ||
|| Rating : NC21 ||
|| Lenght : Chapter ||
Annyeong,, Akhirnya di FF ini headers akan menemukan
sisi lain pada cerita ini :)
apa kalian penasaran? Kajja menuju ke TKP
apa kalian penasaran? Kajja menuju ke TKP
.
WARNING
: NC21++, Yadong akut dan kekerasan.
STOP!!!
Jangan dilanjut jika gak mau baca.
NO
BASH, BASH TINDAS! Karna autor sudah memberi peringatan exstra.
*nah_Lho_galaknya_keluar_pan??!
.
Bagi
autor ini adalah bagian dari seni, jika ada headers yang menganggap ini tabu,
tidak pantas dan menjijikan! Maka jangan dilanjutkan.........
NO
Plagiat, NO Copy, NO, NO, NO!!!
Sory
For typo, gag typo gag gaul ^.^
.
.
Happy
Reading***
.
.
==Kim
Jong in POV==
Aku
semakin mendekatinya, menatap lekat wajah cantik yang berbaring diatas ranjang.
Tangisku semakin pecah, ketika melihat warna kebiruan di sekujur tubuh mungil
yang tadinya putih tanpa cacat itu. Melihatnya tidak berdaya seperti ini,
mengingatkanku pada sosok wanita yang sangat aku cintai, kim hye in kakak
perempuanku.
.
“ji
hyun mianhe, aku telah banyak menyakitimu,,,” hanya kalimat ini, yang kini
terus muncul pada fikiranku. Aku beranikan menyentuh wajahnya. Wajah tidak
berdosa yang selama ini aku siksa. Bagaimanapun aku harus menebus rasa
bersalahku padanya, tapi bagaimana caranya?
Hatiku
benar-benar tak mampu menahan sesal yang bergelayut menggerogoti kekuatanku .
.
.
------------********------------
==Autor
POV==
Kim
jong in masih terduduk di samping
ranjang ji hyun, tak ingin sekalipun ia beranjak dari tempat ini. Kini jari-jari lentik yang ada di depan jong
in mulai bergerak, keingin terbesar jong in berharap mata ji hyun kembali
terbuka dan melihatnya.
.
“ji
hyun ,, apa kamu mendengarku?”
Jong
in merasakan kebahagian yang sungguh sangat luar biasa, ia genggam tangan ji
hyun penuh dengan rasa bersyukur.
.
Mata
ji hyun mulai terbuka, ia kini sadar dari tidur panjangnya,,,
‘aaahhhcccckk,,,,,
jong in?” wajah ji hyun terlihat kaget ketika mendapati jong in berada tepat di
sampingnya.
.
“ji
hyun gwenjana? Kamu bisa melihatku? Jijja,,, hah?...... benarkah kamu bisa
melihatku”
“wae??? kenapa kamu kesini,,, pergiii.......,”
tersirat kebencian yang teramat dalam terlukis di wajah ji hyun.
.
“pergi,,,
jeebbbaaal pergilah, aku tidak mau melihatmu,, PERGI,,, aaakhhhc,, tanganku,,,,
aakkkccchh sakiiiiiit”
.
“sakit,,
mana yang sakit” jong in berusaha mencari bagian tubuh mana dari ji hyun yang merasa
sakit.
“Jangan
sentuh aku bajingan,, aaakhhhhhgg”
Airmata
ji hyun kini mulai membanjiri pipinya, isak tangispun tak kuasa ia bendung.
.
“ada apa dengan tanganku?”
bisik hati ji hyun.
.
Jong
in berlari keluar mencari tenaga medis untuk memberi pertolongan pada ji hyun,
mungkin karena panik, iya lupa jika di kamar ji hyun ada tombol untuk meminta
bantuan pada suster.
.
.
------------****--------------
“Setelah memeriksa semua keadaan teman kamu,
tidak ada luka serius pada bagian matanya, hanya tangan kanannya belum bisa di
gerakan sempurna, karna terjadi pembengkakan di tulang rusuk bagian belakang,
beberapa kali terapi nanti akan sembuh, skrng pasien bisa pulang, cukup dengan
pengobatan rawat jalan.” kata dokter
pribadi keluarga kim kepada jong in.
.
“nde
ajjusi,, gamsamida”
.
.
--------------***------------------
Sepoi
angin berhembus dengan sangat lembut, menggelitik dingin di setiap jengkal
kulit tubuh manusia, tidak terkecuali kim jong in dan park jin hyun.
.
.
“ada
apa denganmu? Mengapa terus mengikutiku? Pergi....” wajah ji hyun terlihat
kesal, jelas saja, orang yang selama ini paling ia benci, kini terus berjalan
di belakangnya, walau tanpa suara namun tetap menggaggu ketenangan hati ji
hyun.
.
“kajja~~
terserah apa katamu, tapi tinggallah di apartementku”
.
“Apartement? Apakah jong in
benar-benar sudah gila” hati ji hyun menggerutu semakin
kesal.
“berhenti~
aku mau pulang kerumahku, bukankah sudah tidak perlu kamu menyiksaku lagi? Untuk
apa ke aprtementmu? Apa kamu belum puas, melakukan semuanya padaku dan juga tao
oppa?”
.
“ini
antara aku dan kamu, jangan sebut nama tao di depanku, ijinkan aku menebus
kesalahanku ji hyun, aku akan merawatmu, setidaknya sampai luka di tanganmu
sembuh, apakah kamu tidak takut dengan tao setelah apa yang ia lakukan padamu?”
.
“ani...
sama sekali aku tidak takut, dia adalah oppaku sekalipun dibunuh, aku tidak
akan pernah takut, justru kamu yang aku takutkan, mana mungkin aku bisa tinggal
bersama orang mesum sepertimu”
.
.
Jong
in menatap lekat ke arah yeoja, yang kini memberikan ekspresi kemarahan padanya,
namun ia sadar jika apa yang ia lakukan memang sudah sangat keterlaluan.
.
“aku
berjanji tidak akan menyentuhmu lagi ji hyun, tapi terima tawaranku, atau.....”
.
“atau
apa?” belum selesai jong in mengelesaikan kalimatnya, ji hyun sudah memotongnya
begitu saja,
.
“atau
aku akan memaksamu”
Tangan
jong in dengan sigap menggendong ji hyun di pundaknya.
.
“Yak,,
hentikan, apa yang kamu lakukan,,, turunkan aku, YAAAK tanganku sakit,,, pabo”
Ji
hyun terus saja memukuli pungggung jong in menggunakan tangan kirinya, walau
banyak mata yang memperhatikan tindakan jong in, ia sama sekali tidak perduli,
bahkan ia menulikan telinganya untuk mendengar suara teriakan park ji hyun.
.
.
==Park
ji hyun POV==
Aku
melihat, terlintas wajah jong in yang begitu fokus menyemudikan mobilnya, entah
ada perasaan aneh yang bergelayut dalam benakku, perasaan yang tidak mampu aku
telaah dengan logika, tiba-tiba sesak menghampiri hatiku, tapi bukan sesak yang
begitu menyedihkan, justu sesak bahagia menerima kebaikan jong in, orang yang
selama ini aku benci ternyata penuh dengan tanggung jawab. Amazing!!!
.
.
“Wae?
apa yang akan kamu lakukan?” aku
terberanjat kaget, ketika tubuh jong in condong ke arah tubuhku.
.
“membantumu
melepas sabuk pengaman,” kata jong in dengan datar,
“kita
sudah sampai, apakah kamu berfikiran mesum?” lanjutnya
.
“An~~ani...”
kataku gugup, aiiiishhhhhh,,,,,aku yakin saat ini wajahku merah seperti udang
rebus karena menahan malu. Tapi biarkan saja, memang selama ini dia selalu
memperlakukanku seperti itu, mungkin ia juga mengerti, ah tapi sial, hatiku
masih saja merasa malu.
.
.
Memasuki
apartement ini dengan sedikit ragu, karena jujur saja aku takut jika kebaikan jong
in hanyalah pura-pura.
“masuk,
kenapa kamu ketakutan?”
Sepertinya
dia bisa membaca apa yang ada di fikiranku. Aku melangkah masuk ke dalam
apartementnya. Jong in menunjukkan kamar yang aku tempati, kamar itu dulunya
adalah kamar kim hye in , kakak jong in.
.
.
“Bersihkan
dulu badanmu, aku sudah pesan makanan, mungkin sebentar lagi datang, setelah
itu keluar untuk makan” aku mengangguk dengan cukup pelan.
.
.
.
Selesai
mandi, aku berganti baju, menggukan celana panjang longgar yang diberikan jong
in padaku, namun sial! Aku tak bisa
mengkaitkan braku, sampai keputus asaan mengaitkannya, hampir membuat air
mataku jatuh.
“apakah
perlu bantuan?”
.
DEG!
Suara
jong in mengagetkanku yang tiba-tiba masuk kedalam kamar.
“KYAA,,
KENAPA KAMU ADA DI SINI,,,PERGI”
Aku
berusaha menutupi ke dua payudaraku yang hanya tertutup bra, dan belum di
kaitkan.
.
Jong
in semakin mendekat kearahku, ketakutan kini mulai merasuk pada diriku lagi
“jong
in jangan macam-macam kamu”
Ia
mendekap tubuhku, “lepaskan bajingan,,,”
.
Plaak
Ku
dorong dan satu tamparan ku tujukan padanya, aneh! Kenapa dia hanya diam sja,
kembali ia mendekatiku dan berbisik dengan sangat pelan, “tenanglah aku tidak
akan menyentuhmu”
.
Dia
meraih pengait braku dan di pasang
dengan sempurna, dia ambil baju yang ada
tepi ranjang, tanpa menolehku, ia memakaikan baju itu pada tubuhku
.
“hilangkan
fikiran mesummu ji hyun”
Seperti
di pukul palu yang begitu besar wajahku, bagaimana mungkin dia berkata seperti
itu. Lagi! Aku sangat malu di depannya, dia yang ingin menolongku justru aku
menuduhnya yang bukan-bukan.
.
“kajja..”
Aku
hanya menunduk mengikutinya dari belakang. Andai bisa wajah ini aku
sembunyikan. Sudah aku sembunyikan, karena malu ,,,
.
.
==Autor
POV==
Detak jam di ruang tamu kim jong in, begitu
keras bersuara di telinga jong in dan juga ji hyun. Hening, tanpa suara mereka
menikmati makan malam yang jong in pesan secara dilevery.
.
“wae?
Kenapa diam saja?” tanya jong in memecah keheningan di ruangan itu
“aku
hanya belum terbiasa makan menggunakan tangan kiri” tanpa menoleh kearah jong
in, ji hyun berusaha mengambil makanan dengan sumpit yang di pegangnya, namun gagal,
dan berkali-kali ia terus saja gagal melakukannya.
Jong
in berdiri dan duduk tepat di sebelah ji hyun,
“berikan?”
“wae”
“sumpitnya”
jong in mengambil sumpit yang ada di tangan kiri ji hyun.
.
Kini
jong in mengambil alih tugas ji hyun memasukan makanan pada mulutnya, bisa
dikatakan jong in sedang menyuapi ji hyun.
.
Damn!!!
Hati ji hyun mulai bergetar, sekali lagi, perasaan aneh bersarang di hatinya, “mungkinkah ia terpesona dengan kebaikan kim
jong in? Mana mungkin?” Pertanyaan itu terus saja bermunculan di otak ji
hyun, padahal baru tadi pagi ia mendapatkan perlakuan kasar dan merasa harga
dirinya di injak-injak oleh jong in,,,, mana mungkin secepat itu? iya luluh
dengan keadaan ini.
.
Inilah
asli sifat jong in, selalu memperlakukan lembut siapapun yeoja yang ada di dekatnya, tidak pernah sekalipun
ia menyatiki secara fisik maupun hati yeoja yang di sampingnya, saat melakukan
kesalahan pada ji hyun, ia berfikir seumur hidup tidak akan pernah bisa
menghapus kesalahan itu, sekalipun
nyawa yang menjadi gantinya. Mulai saat
ini, janji jong ini akan merawat ji hyun sampai dia sembuh total, dari luka
fisik yang di deritanya, walau dia tau akan susah, menghapus luka di hati ji
hyun.
.
.
“gumawo,
sudah membantuku” kata ji hyun pada jong in
“jangan
ucapkan terima kasih, semua aku lakukan untuk menebus semua kesalahanku.”
.
.
-----------------***------------------
Dua
minggu sudah ji hyun, tinggal bersama jong in, ia hanya berdiam diri tanpa
melakukan apapun, juga dilarang pergi kesekolah, sebelum luka yang diderita ji
hyun sembuh total.
Ji
hyun mulai mengenal siapa sosok jong in sesungguhnya, mengetaui ke biasaan
buruk yang selalu ia lakukan bersama dengan teman-temannya.
.
“jong
in, boleh aku bertanya” ji hyun duduk di sofa, tepat belakang jong in yang
sedang duduk diatas karpet sambil bermain PS. Saat santai seperti ini, mungkin
ji hyun berani bertanya mengenai hal yang sangat sensitif.
.
“kenapa
kamu begitu membenci tao oppa?”
Jong
in seketika menghentikan aktifitasnya dan menoleh kearah ji hyun. Mungkin
memang ini pertanyaan yang paling sulit untuk jong in jawab. Karna terlihat
jelas, wajahnya tidak menyukai pertanyaan itu.
.
“ah
sudahlah,, jangan dijawab, mungkin pertanyaanku sangat melukai perasaanmu”
Ji
hyun ingin beranjak dari tempat duduknya, namun jong in menghentikannya.
“tunggu,
“
Ji
hyun mengurungkan niatnya dan kembali duduk, jong in berdiri dan kini mereka
sama-sama duduk diatas sofa.
.
.
“karna
tao telah membunuh noonaku” jawab jong in singkat, tertangkap kemaharan dan ke
pedihan di kedua mata yang kini nanar di penuhi dengan airmata. Teringat
kenyataaan pahit bahwa noonanya kini telah tiada.
.
“mianhe,
kemarin aku tak sengaja menemukan beberapa foto mesra tao bersama dengan eonni
di kamar, bukankah mereka sepasang kekasih?”
.
“Benar,
mereka dulu memang menjalin hubungan, bahkan lebih dari dua tahun, tapi hari
itu setelah bertemu dengan tao di sini, noona bunuh diri, dengan beberapa luka lebam
di temukan tubuhnya, yang sangat mengejutkan, noona sedang mengandung, dan aku
tau itu adalah anak dari tao, karna selama itu mereka memang saling mencintai,
kakek tidak mau memperpanjang masalah, karna berita ini akan mempengaruhi
reputasinya, maka dari aku sendiri yang turun tangan untuk membalas kematian
noonaku pada tao, aku kira kamu dongsaeng kandungnya, makanya aku ingin tao
merasakan betapa sakitnya kehilangan orang yang kita cintai untuk selamanya”
air mata kini jatuh membasahi pipi jong in, wajahnya menunduk menahan perih
dihatinya, begitu juga dengan ji hyun, belum sepenuhnya percaya jika tao
sekejam itu.
.
“apakah
saat itu, kamu sempat ingin membunuhku?”
Ji
hyun menatap tajam ke arah jong in, jong in hanya mengangguk pelan, tapi di
luar kesadaran, ji hyun justru menarik tubuh jong in berada di peluknya, jong
in semakin terisak larut dalam kesedihahannya.
.
.
---------------------****----------------------
Malam
ini seperti biasa jong in kedatangan teman-temanya chen, xiumin dan beberapa
yang lainnya, yang tidak seperti biasa adalah beberapa yeoja juga ada disini, “ah selalu saja seperti ini, terlalu
muak melihat mereka minum-minuman seperti ini” gerutu kesal ji hyun dan kembali
kekamar.
.
Udara
malam ini di rasakan ji hyun tidak seperti biasanya, yang biasanya dingin
sampai menusuk tulang, kini begitu panas, seakan membakar tubuhnya yang berbaring
di atas ranjang, gelisah...
.
“ah ada apa ini?”
“ah ada apa ini?”
Ji
hyun sesekali terduduk dan berbaring, duduk dan berbaring lagi, itu terjadi
berulang-ulang kali, akhirnya ia putuskan untuk keluar kamar, sekedar mengambil
air dingin, mungkin segelas air dingin bisa meredakan hawa panas pada dirinya.
.
.
==
Park Ji hyun POV==
Cuaca
yang berubah dari dingin menjadi panas, membuat tubuhku sedikit berkeringat,
tenggorokanku sedikit kering, aku beranjak dan keluar kamar, untuk mengambil segelas
air setidaknya bisa mengurangi rasa panas di tubuhku.
.
Aku
melihat mereka masih ada di ruang tamu, saling bercanda dan menikmati pesta
kecil mereka, namun aku tidak melihat
sosok jong in di antara mereka, mungkinkah jong in sudah tidur dan meninggalkan
mereka disini, ah entahlah~~
.
Aku
terus berjalan, mengambil minuman di dalam kulkas,, dan berniat kembali ke
dalam kamar, karna apapun yang mereka lakukan disini bukan urusanku, dan tempat
ini juga bukan milkku, terserah apapun yang akan mereka lakukan.
.
Sebelum
mencapai daun pintu, aku melihat seorang namja dan yeoja duduk di sofa depan
tv,, aku berusaha mendekat kearahnya.
“Mungkinkah itu jong in”
.
DEG!!!
Jong
in? Tubuhku mematung seketika.
Tidak
salah lagi,, jong in kini sedang berciuman dengan seorang yeoja, ada apa dengan
mataku, kenapa harus keluar airmata.
.
bahkan
tangannya kini meremas lembut payudara yeoja itu, airmata tambah deras mengalir
di pipiku, rasa perih melilit hatiku dengan sangat keras, jantung ini sekan di
tekam dengan sebilah samurai, nafasku terasa sesak, tubuhku bergetar hebat
melihat jong in menyentuh yeoja itu, ada apa dengan kakiku? Aku tak bisa
beranjak dari tempat ini, Tuhan ijinkan aku untuk melangkah, kurasakan tubuhku
semakin lemas, mereka semakin liar melakukannya,
.
Praaank....
Gelas
yang ada di tanganku kini terjatuh, dan menyadarkanku dari keterpakuan ini.
.
“ji
hyun”
Kata
jong in kaget.
Segera
aku bersihkan pecahan gelas kaca yang berserakan, tanpa sedikitpun menoleh ke
arh jong in, aku takut jika ia melihat kekacauan di raut wajahku.
.
“akkhhh,,,”
Pecahan
ini melukaiku, meninggalkan luka pada jariku dan darah mengalir tanpa bisa di
tahan lagi.
.
“ji
hyun, gwenjana”
Jong
in ikut berjongkok di dapanku, ia meraih tanganku dan menghisap darah yang
keluar, membiarkan jariku sesaat berapa di dalam mulutnya.
.
“Ada apa denganku, mengapa aku
begitu sakit menatap jong in seperti ini?” hanya
pertanyaan ini yang muncul dalam otakku. Kini airmataku kembali menetes.
.
“kajja”
ia menarikku kedalam kamar, membiarkanku
terduduk di tepi ranjang dan ia mengambil kotak P3K... membersihkan dan
membalut lukaku dengan sebuah plaster pembalut luka.
.
“Wae?
Kamu menangis? Luka sekecil ini saja menangis? Cengeng sekali kamu ji hyun?”
Jong
in terkekeh, dan meninggalkanku, andai ia tau luka yang ada di hatiku, 1000
lebih besar dari luka di jariku, apakah ia masih bisa menertawakanku? Kembali
rasa sakit mengintip pada dinding hatiku.
.
.
-----------****--------------
===Kim
Jong in POV===
Kilau
matahari menyapu lembut wajahku, anginya sejuk memeluk tubuhku merasakan hawa
dingin, biasanya hari libur seperti ini aku gunakan untuk pergi berlibur, namun
semenjak ji hyun di sini, hari minggu hanya aku habiskan seharian dirumah,
menemani ji hyun melihat film atau memanggil teman-temanku datang kesini.
.
.
“ji
hyun,, kamu masak? Tanganmu belum boleh di gerakkan terlalu berlebihan,
setidaknya untuk 1 minggu ke depan”
.
“nde”Ia
menjawab tanpa menatapku sama sekali.
“apa
kamu sudah mandi?”
“sudah”
“Kamu
sudah menghubungi eommamu”
“sudah”
“ada
apa denganmu? ah~~~ apa kamu masih marah karena aku katakan cengeng semalam?”
“ani”
“hentikan
masakmu, kita beli makanan di luar saja”
“nde”
Ia mematikan kompor dan berjalan kekamar berganti baju dan langsung keluar lagi, tanpa protes sedikitpun.
“kajja”
Tanpa
menolehku ia berjalan begitu saja masuk kedalam lift dan menuju parkiran.
“ada apa dengan ji hyun kenapa hari ini aneh sekali?” aku masih mencari jawaban dari sikap dinginya pagi ini.
.
Aku
memutuskan untuk membeli ramen, kita turun dan menempatii sebuah meja di sudut
ruangan. Ia masih terdiam kaku tanpa menatapku sama sekali.
“ji
hyun,,”
Sebuah
suara mengagetkanku dan juga ji hyun
Kini
wajah ji hyun berubah ramah seketika, melihat lay yang kini berdiri di sebelah
kami.
.
“lay..
kamu sendirian?”
“ne
aku sedang menunggu pesananku untuk di bawa pulang”
“tunggu saja disini”
“tunggu saja disini”
Ada
apa dengan wajahnya? Mengapa dia begitu ceria saat melihat lay, bukanya dari
pagi senyum itu hilang dari wajahnya? Kenapa aku begitu kesal melihat mereka
tertawa bersama, ada apa denganku? mengapa sakit melihat dia terlihat bahagia
bersama orang lain?
.
“ji
hyun kok bisa bersama jong in” tanya lay penuh selidik
“dia
tinggal bersamaku”
Aku
jawab pertanyaan lay, yang seharusnya di tujukan untuk ji hyun
.
“Ah
ani~ aku kebetulan saja bertemu” Kilah ji hyun menatapku
“Yak,,
bukankah sudah dua minggu kamu tinggal di rumahku?” protesku kesal kepada ji
hyun.
.
“hehehe,,,
iya aku tinggal bersama jong in, tapi tidak seperti apa yang kamu bayangkan
lay”
Ji
hyun nyengir di depan lay, dan itu membuatku jadi tambah meradang.
“aku
duluan ne, sepertinya itu pesananku udah jadi”
Lay
tersenyum ke arahku, tak aku respon sama sakali senyuman yang bagai pisau
mengiris nadiku, yang mungkin saja bisa membuatku mati seketika.
.
“kajja”Aku
berdiri dan menarik tangan ji hyun
“kemana?”Tanya
ji hyun
“pulang”
“wae?
Kita kan belum makan”
“nafsu
makanku sudah hilang ji hyun,,, palli”
“tapi
aku lapar jong in”
“bukannya
kamu dirumah masak? Makan masakanmu sendiri”
==Park
Ji Hyun POV==
Ada
apa dengan jong in, bukankah seharusnya aku yang masih marah dengannya, tapi
mengapa dia yang marah,, tapi memang aneh, kenapa juga aku harus marah ketika
dia bercumbu dengan yeoja lain, bukankah aku bukan siapa-siapanya? Namun ketika
membayangkan lagi yang terjadi kemarin, membuatku merasakan sakit yang begitu
menyiksa, mungkinkah aku mencintai jong in?? Entahlah~~
.
.
To
Be Contineu....
.
.
*Seperti
biasa tinggalkan jejak yang masih ingin di tag di next chapter.... jadi TIDAK
MELAYANI INBOX dgn asalan LUPA COMMENT,,
helloooow outor juga bisa lupa ngeTAG lho.......kita sama2 manusia yang sering lupa kan??? FIX!!!
helloooow outor juga bisa lupa ngeTAG lho.......kita sama2 manusia yang sering lupa kan??? FIX!!!
.
*bagi headers baru,,, cukup tinggalkan jejak di
chap 4, tidak perlu di setiap chapter....
jika kalian tidak meninggalkan jejak, autor anggap kalian tidak ingin membaca di next chapter....arachi??
jika kalian tidak meninggalkan jejak, autor anggap kalian tidak ingin membaca di next chapter....arachi??
Warning
: Autor songgong, sombong, peliit,,, haha #biarin (weeksss)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar