Title : Caught In Love (capter 4, AND)
Autor :Park Nayya
Cast
: -
Luhan EXO
-
Park ha ni (CO/you)
-
Kai EXO
Rating : NC 17
Genre :
Romance, sad.
Lenght :
Chapter
Chingu
perjumpaan terakhir dengan si Luhan di FF ini, semoga kalian suka,, yuk
langsung intip
NO
Plagiat, NO copy,, NO,NO,NO!!!
Masih
banyak TYPO gentayangan,, mianeee!!!
Happy
Reading,,,,,,,^.^
***
“luhan,,
lepaskan dlu sepatumu, baru kau tidurlah” tak ada jawaban
Aku
mendekat ke arahnya, kucoba buka sepatu itu, namun tiba-tiba ia terduduk,
sungguh membuatku kaget.
“PARK
HA-NI,,jangan pernah kau sentuh tubuhku”
aku dibentak, dengan nada yang cukup membuat telingaku sakit,,, ia
berjalan ke dalam kamar dan lagi-lagi membanting pintu kamar,, braaaak
“ah ada apa dengannya”,,,
entahlah....
Ku
tarik selimut, kubayangkan wajah kai, sungguh bahagia ku bisa bertemu dan memeluknya. Terlintas luna di
fikiranku,,,,aku terduduk, berfikir apa hubungan luna dan luhan,,, setelah luna
marah, luhan datang dikehidupanku menghancurkan segalanya,,, mungkinkah luna dan luhan ada kaitanya?
Mungkinkah? Mungkinkah luna setega itu?
Fikiranku
mencari beribu ribu jawaban dari semua pertanyaan dibenakku...
Kuberjalan
mendekatkan diri di jendela kamar, ku buka dan ku tatap langit malam ini,, tak
ada bintang menghiasi malam ini, angin berhembus, dingin seakan menusuk
tulang-tulangku,,
“sepertinya hujan mau turun”
bisik hatiku, gemelegar guntur bergemuruh di balik awan-awan hitam. Kututup
jendala dan mulai pejamkan mata, berharap kai menyapa dalam mimpiku
***
Pagi
ini ku bergumul dengan dapur, menyiapkan sarapan, setidaknya aku harus
mengucapkan terima kasih pada luhan karna saat aku melihat kai, dia
memperbolehkanku menemuinya.
Kulihat
ia berjalan kearah pintu, sepertinya ia mau keluar.
“luhan
mau kemana? Ayolah sarapan dulu,, aku sudah mempersiapkanya untukmu”
Ditatapknya
masakan tertata rapi dimeja makan. Akhirnya dia berbelok, duduk dan mengambil
alat makan, ku ambilkan nasi, aku duduk tepat di depanya, kita hanya diam dan
menikmatinya
“Gumawo,,,,”
ku awali pembicaraan
“Buat
apa?” tanpa menoleh dan tetap melanjutkan sarapanya.
“mengijinkanku
bertemu dengan kai, gumawo,,,” dia hanya diam
“
tapi luhan... aku ingin tanya, kamu begitu akrab dengan luna, kalian ada
hubungan apa?”
Tiba-tiba
dia berhenti mengunyah, ia menatap tajam kearahku,,
Praaak,,,,
Dilempar
piring yang ada di depannya
“Sudah
ku katakan jangan sekali-kali bertanya apapun kepadaku”
Ia
beranjak berdiri,, namun langkah kakinya terhenti,
“dan
ingat ha-ni jangan pernah lagi sebut nama kai di depanku, atau dia akan ku
bunuh sekarng juga, ARA”
Ku
tatap punggungnya saat ia melangkah
keluar apartement,, hanya terdiam dengan
sikap luhan, dia memang orang yang sangat kasar tapi bukankah dia sudah
berubah? Mengapa berubah lagi menjadi menakutkan seperti ini” airmataku jatuh,
sakit hatiku kembali lagi menyapa.
Tanpa
disadari waktu terus berjalan, tinggal 4 hari kebersamaanku denganya, dan yang
paling aneh sekarang adalah aku merasa seperti bukan tawanan, aku bisa
menikmati hidup bersama luhan, menikmati segala aktivifasku di apaartement ini,
menikmati sikap luhan yang kasar walau kadang-kadang baik, menikmati semua
keadaan ini.
***
Tet,,,tet....
Bel
apartement berbunyi, kulari kecil,, ku lihat dr layar siapa yang datang,
ternyata luhan, tp bersama siapa dia? Sepertinya dia dipeluk seseorang, Ku buka
pintu secara perlahan,,,
Sungguh
kaget saat melihat luhan dipapah oleh seorang yeoja cantik, dan tercium bau alkohol dari tubuh mereka.
yeoja
itu melangkah masuk bersama luhan, di baringkannya luhan diatas sofa,,
“miane
membangukanmu malam-malam,, “ kata yeoja cantik itu padaku
“tadinya
aku mau bawa luhan ke hotel, tapi ia tidak mau, dia ingin kita tidur di
apartementnya, karna ada pembantu yang selalu menunggunya, tak aku sangka
pembantunya seorang yang masih gadis”
Yeoja
itu menatapku dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki,
“pembantu”
Kata itu telah melukai harga diri dan
perasaanku,, selama ini luhan hanya menganggapku sebagai pembantu?
”walau aku tawanannya, namun dia pernah
mengatakan cinta padaku (baca capther 3), dan sekarang?” tenggorokanku
terasa panas menahan air mata yang ingin keluar membasahi pipi, namun aku
seorang yang lemah hingga tak bisa menahanya,, air mataku leleh begitu saja.
Aku hanya bisa diam melihat mereka,, tanpa berbicara,
“dimana
kamar luhan” yeoja itu bertanya lagi padaku,
Aku
hanya bisa menunjuk, dimana kamar luhan berada, di papahnya lagi luhan menuju
kamar tidurnya,, aku hanya bisa diam melihat mereka, sakitnya sungguh tak bisa
aku gambarkan.
***
Tok,
tok...
Ku
beranikan ketuk kamar luhan,
“yah,,,
ada apa?”
Suara
luhan menjawab ketukanku, entah apa yang ada di fikiranku, tiba-tiba keberanian
menuntun tubuhku,, ku buka pintu itu,, ku dapati mereka bergumul di bawah
selimut bercanda di atas ranjang.
Ku
tatap tajam yeoja itu
“YAK,,,apakah
kamu tidak akan pergi, apa kamu akan trus disini sampai pagi” kemarahan sudah
menyelimuti jiwaku. luhan terlihat kaget, dia turun dari ranjang dan hanya
mengenakan celana jinsnya,,ia sudah dalam keadaan telanjang dada,,,
“kenapa
kamu marah cantik,” ia mendekatiku,
diraihnya daguku dan dia berusaha menciumku,, namun aku menghindar...
plaaaak,,,, kutampar dia, terlihat kemarahan di sorot matanya
“ada
apa denganmu, bukankah kamu masuk kesini ingin bermain bersama kami, bukankah
kamu menginginkan tubuhku” tanganya dengan nakal memegang area sensitif
tubuhku.
Plak,,, kutampar lagi ia untuk ke dua kalinya.tanganku
diseret keluar kamar. “keluar dari kamar ini pelac*r” pintunya ditutup dan dikuncinya dari dalam
Aku
hanya bisa menangis menahan perlakuanya, hatiku benar-benar perih, seperti tersayat,,
molla, aku tak tau, aku marah karna
dikatakan pembantu atau karna yeoja itu tidur bersama luhan. ku tak bisa
beranjak dari tempat ini, ku pegang dadaku dan menagis sejadi-jadinya tanpa
suara, sesak sekali nafasku...
1menit..
2menit...
3menit...
Du
dengar desahan-desahan kenikmatan dr balik pitu ini, kakiku lemas,, tak mampu
lagi menopang tubuhku, dengan tangis yang tertahan aku terkulai di lantai,,,
mengapa perasaanku seperti? Mengapa? Mengapa mesti sesakit ini?
***
Kuputuskan pagi ini untuk meninggalkan
apartement , aku tau yeoja itu sudah pergi dari sini. Ku pakai seragam
sekolahku, walau luhan sering membelikanku pakaian, namun 1pun tak akan pernah
aku bawa, sesekali aku masih sesegukan mungkin sisa dari tangisku semalam, aku
tau mataku sekarang amat sembab, tapi aku tak malu jika bertemu orang –orang di
luar sana,, dari pada aku harus tersakiti disini,,, sudah cukup aku rasakan.
Aku
keluar dari kamar..
“kau
mau kemana park ha ni”
Suara
luhan menghentikan langkahku, ku berbalik dan menatap kearahnya, wajah luhan
terlihat pucat, sepertinya keringat dingin menetes pada dahi dan lehernya, dan aku tak perduli skrng
“aku
mau pulang” air mataku meleleh lagi
“apakah
kamu lupa dengan perjanjian kita? Tidakah sadar tinggal 2hari saja waktu
kesepakatan kita?” suaranya parau, seperti menahan suatu kesakitan atau sesuatu
yang membuat dirinya tak nyaman
“Yah
aku kemarin msih ingat dengan perjanjian kita, namun mulai semalam aku telah
lupa seuanya, aku muak dengan kamu, aku tak mau satu atap dengan bajingan kotor
sepertimu”
“
kamu tau konsekuensi saat kamu melarikan diri dariku?”
“ARA,,aku
tau luhan, aku sangat tau,,, kamu akan membunuh orang tuaku? Kau akan membunuh
kai? Aku sekarng tak perduli sama sekali, tak perduli,, bunuh mereka, dan aku
akan ikut mati bersama mereka, orang-orang yang aku cintai,,, silahkan BUNUH
MEREKA keparat” tangisku meledak,, isakan tangis ini membuat suaraku serak dan
terbata bata.
“kau
samakan aku dengan pelac*r-pelac*r itu, sungguh aku tak sudi, lebih baik aku
mati terbunuh olehmu “ terdengar bergema tangis ini.
Aku
melangakah keluar, namun tangan luhan menarik tanganku, kurasakan tangan itu
begitu panas sepertinya tanganku
tersulut api yang begitu membara, mungkinkah amarah luhan membuat tubuhnya
memanas,, atau luhan sedang sakit??? Tp apa perduliku....
“ha-ni jangan pernah berfikiran untuk kluar dari
tempat ini, bertahanlah 2hari saja ha-ni,,, setelah itu kamu bebas,,, aku tak
akan pernah mengganngu hidupmu lagi, aku janji”
Kurasakan
pegangan tangan luhan melemah..
“Anii,, aku benar-benar tak perduli
denganmu”
“tungg,,,,”
Bhuuuuk,,,,
Betapa
terkejutnya ku lihat tubuh luhan terkulai dilantai, panik mengingapi diriku,,,
“luhan
bangun,, luhan” kugoyang-goyangkan badanya namun sama sekali tak ada respon,,
Bibirnya gemetar, keringat dingin membanjiri
sekujur tubuhnya, ku pegang tubuhnya,, sungguh sangat terasa panas,, kupapah ia
menuju kekamar,,,
“Semoga tak terjadi apapun dengan
luhan,,”
Sekilas
aku lupa dengan rasa benciku, rasa marahku, dan lupa akan kejadian semalam, ku
letakan tasku di atas kursi samping ranjang, kuberanikan diri membuka baju
luhan dan menggantikanya yang baru, ku selimuti dan ku pasang thermometer pada
mulutnya, aku keluar kamar dan ku masakan iar panas untuk mengompres
tubuhnya,,,
***
Hari
sudah sore tp luhan mengapa belum sadar juga,, hatiku sangat cemas, takut
jikalau terjadi sesuatu yang tidak aku harapkan.
Ku
duduk tepat di sampingnya, Ku tatap lekat wajahnya, kudapati kehangatan pada
wajah itu. Airmataku meleleh,,, tak kuasa menahan tangis, aku berdiri, kubuka
pintu (yang menghubungkan antara kamar dan balkon) ku berdiri dibalkon, ku
pandang suasana kota seoul sambil menangis,,
Tiba-tiba
sebuah tangan memeluku dari belakang,
“miane ha-ni”
Suara
itu terdengar lembut di telingaku, di baliknya tubuhku
“gwanjana,, “ kutanya luhan dengan penuh
kekwatiran, tanpa aba2 kueluk erat tubuhnya,,
aku
yang tidak mengerti dengan sikap luhan yang kadang kasar kadang lembut, dan
yang lebih tidak aku mengerti adalah sikapku sendiri, kadang2 ku sangat
membencinya namun ku ingin selalu berada diekatnya,,,
“ha-ni...”
“ne...”
“sarange,,”
Aku
tak bisa menanggapi pernyataannya, karna menurut keyakinanku tetap kai-lah
cintaku bukan luhan,, aku seperti ini, karna mungkin hanya ada aku dan dia
disini, aku yakin itu.
“untuk
malam ini sja, tinggal bersamaku dikamar ini, bsok pagi pulanglah,, aku tak
akan menahanmu lagi, dan miane
trus-trusan menyakiti perasaanmu”
“chua?..”
ku seka airmataku,, dan aku tersenyum senang.
Ku
masuk kedalam kamar kuambil selimut tebal, untuk menutupi tubuh luhan,,, kami
duduk-duduk dibalkon sambil menikmati indahnya kota seuol.
“
Park ha-ni, bisakah kau memaafkanku?” blum sempat aku jawab pertanyaanya namun
kata-kata luhan dilanjutkanya
“Aku
pernah berhutang budi pada seseorang, dia memintaku untuk mengerjaimu, akhirnya
aku mengerjaimu dengan kelewat batas,
miane” aku hanya terdiam menatap luhan
“sebenarnya
dari awal tak ada rancana untuk merenggut kesucianmu, namun saat kulihat kamu
begitu membela pacarmu, entah mengapa aku melakukan itu”
Isak
tangisku mulai terdengar, entah mengapa aku tak bisa marah, hanya diam dengan
segala kebisuan.
“aku
jg tak punya rencana untuk menyakiti orang tuamu, bahkan aku tak tau secara
pasti dimana orang tuamu tinggal, hanya aku melihat buku diarimu pada saat kita
berada di villa (baca capther2), disana tertulis alamatnya dengan jelas,, miane ha-ni”
“aku
mulai mencintaimu setelah kulakukan hal
bejat itu,,”
Ku
lihat tangis luhanpun menjadi pengiring ceritanya,
“dan
aku membawamu bersamaku, agar kamu bisa mencintaiku, tp aku slah ha-ni..
ternyta aku menyakiti perasaanmu lagi dan lagi,, miane ha- ni miane”
Penyesalan
terukir diwajahnya, ia tertunduk dan menangis sesegukan, akupun tak bisa menahan
perasaanku, entah perasaan macam apa ini,,,, kulari masuk kedalam kamarku,
tanpa memperdulikan luhan yang tetap menunduk dengan isak tangisnya.
Tak
mengerti mengapa perasaan yang begitu sedih bergelaut dalam diriku,,, disisi
lain aku merasakan debaran yang sungguh diluar kuasaku..
***
Ku
kenakan kembali seragamku, entah mengapa diriku tak mampu berpamitan dengan luhan.
Hanya
sepucuk surat ku tinggalkan di dalam kamar.
Luhan POV
“ha-ni..
park ha-ni”
Ku
ketuk pintu kamar ha-ni namun tak ada jawaban, ku ketuk berkali-kalipun tetap
tak ada sautan dari ha-ni,,
mungkinkah ha-ni meninggalkan
tempat ini tanpa memberi tahukanku?
Ku
coba membuka pintu itu, ternyata tidak terkunci,,,
Kumelangkah
memasuki kamar, tak kudapati ha-ni disana, kucoba buka almari,, baju-bajunya
tetap tertata rapi, namun seragam sekolahnya tidak ku temukan.
“ha-ni benar-benar sudah pergi,,
miane ha-ni” bisiku dalam hati dengan penuh
penyesalan.
Kulangkahkan
kaki keluar, namun mataku menangkap sepucuk surat di atas bantal.
Kuambil
dan kubuka surat itu, sambil ku duduk di tepian ranjang...
Luhan-sii...
Apakah aku harus meminta maaf?
Untuk apa?....
Apakah kamu yang harus meminta
maaf? Bahkan maafmu tak bisa merubah
keadaan...
Haruskah aku berterima ksih, karna
cintamu? Pada kenyataanya cintamulah yang membawa aku melewati fase yang sugguh
menyedihkan dalam hidupku,,,
Dan haruskan ku dengar rasa terima
kasih darimu? Sungguh akan membuatku merasa sakit,,,,
Luhan sii....Taukah kamu arti cinta
yang sesungguhnya?
Aku berharap bisa memutar waktu,,
aku ingin mengenalmu sebelum aku ternoda olehmu dan teman-temanmu, sebelum aku
kotor seperti ini, aku ingin mengenalmu dengan baik dan bersahabat baik,, andai
harapan itu ada, namun Harapan adalah sebuah keinginan mungkinkah
jadi kenyataan??
Park ha-ni
Airmataku
tak bisa aku bendung,,,
Kata
demi kata sungguh menusuk hatiku,, tak
kuasa ku bayangkan kepedihan dan kesakitan ha- ni, Dan akulah penyebab
semuanya, aku mencintainya namun aku yang sangat melukainya.
THE
AND
*Miane jika banyak salah kesalahan cingu,,,,
Nantikan Next FFku ya,,,
*Kritik dan saran tetap dinanti ^.^
*jika banyak yg berharap sequelnya, silahkan comment,,,,
akan autor lanjutkan ini cerita,, :)